Walaupun tidak dipersilakan untuk memberikan kata pengantar alih-alih ditanya kabar yang setiap detik bisa dilakukan, setidaknya aku punya inisiatif untuk memberi kata pengantar. Aku membuatnya agar terlihat sedikit dramatis karena, yah, sudah lumayan lama sejak terakhir kali aku diwawancarai dan akhirnya sekarang aku dikasih kesempatan lagi oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Walaupun pertanyaan yang diberikan oleh Puji masih seputar yang itu-itu saja. Walaupun melakukannya tanpa alasan yang jelas. Tapi lebih baik ada daripada tidak sama sekali. Dan Puji harus membayar rasa sakit hatiku yang mewawancaraiku hanya sebatas iseng. Lihat saja pada jawaban-jawaban yang kuberikan di bawah ini. Jadi, mari kita mulai wawancaranya. (Sebenarnya Puji menamai sesi tanya-jawab ini bincang-bincang dan bukan wawancara, tapi aku tetap memilih istilah wawancara karena terkesan lebih formal.)
(Well, maafkeun aku, sang pewawancara yang tidak mengungkapkan alasan yang tepat. Alasan kenapa milih Kak Raafi? Banyak! Alasan paling sederhana, dari semua angkatan 2014 yang paling kutahu itu Kak Raafi. Jadi, kenapa enggak mencoba mengenal lebih jauh orang yang 'sekadar' kutahu. Selain itu, Kak Raafi orangnya reachable dan mudah dihubungi dan banyak alasan lainnya. Pada intinya, aku pengin mengenal lebih lanjut sosok Kak Raafi itu seperti apa. Kalau untuk masalah pertanyaan, sesungguhnya ini format yang aku buat hampir mirip dengan wawancara yang lainnya. So sorry kalo itu-itu lagi. :( Tapi, terima kasih banyak ya Kak Raaf sudah mau meladeni pertanyan-pertanyan aku :) Semoga bisa mencerahkan semua pihak yang membaca.) *masih merasa bersalah. *mengais-ngais tanah.
Perkenalan dulu dong, Kak! Siapakah Kak Raafi sebenarnya? Denger-denger, kakak mendirikan komunitas PNFI ya? Bisa diceritakan? Yaa, mungkin sekalian promosi.
Jawab: Halo. Perlukan aku jabarkan siapa diriku mengingat banyak orang yang sudah tahu siapa diriku? Sebenarnya ini hanya formalitas kan, Puji? Walaupun begitu, aku tetap akan menjawabnya. Namaku Raafi. Fun fact: dulu aku dipanggil Afi karena nama depanku Abduraafi dan pemisahan suku kata yang diberikan adalah 'Abdura-afi' alih-alih 'Abdu-raafi'. Namun, karena tiba-tiba hadir kontes musik di salah satu stasiun televisi swasta pada tahun 2000-an yang sungguh menjatuhkan reputasi nama Afi, ketika pindah sekolah, kuubah nama panggilanku menjadi Raafi. Tetap saja, sampai sekarang keluarga besar dan teman-teman zaman SD dulu memanggilku Afi. Jadi, panggil aku Raafi atau aku tidak akan bebal padamu saat kamu memanggilku dengan nama selain Raafi, apalagi Afi.
(Oh, begitu. Jadi, kalau semisal dulu tidak ada kontes musik itu, mungkin masih tetep pakai nama Afi ya sekarang?)
Dan, ya, aku sangat bangga dengan komunitas PNFI yang semakin ke sini semakin dikenal orang. Terlihat dari beberapa penerbit mayor Indonesia yang melirik komunitas ini dan melakukan kerja sama promosi novel-novel fantasi mereka. Dan, semenjak membuat akun Instagram-nya, PNFI semakin eksis di kalangan para penggemar novel fantasi Indonesia, seperti namanya. Untuk cerita lengkapnya baca aja obrolanku bersama Bebi di sini. Atau kalau terlalu malas untuk klik tautannya, aku tempel saja ya, soalnya aku juga terlalu malas untuk membuat ulang jawabannya: Tujuannya supaya para penggemar novel fantasi bisa berkumpul bersama, sharing tentang apapun di bawah lingkup novel fantasi. Banyak juga penulis-penulis fantasi amatir yang minta kritik dan sarannya di sana. Pokoknya segala tentang fantasi deh.
(Semoga PNFI semakin berjaya ya, Kak!)
Cukup kan?
Nah, waktu aku berkunjung ke blog kakak, nama blognya bikin aku mengeriut. Ough, My Books! Ada artinya nggak sih, kak? Mau tahu doong. Sama, siapa itu Bibli? Kayaknya doi muncul mulu deh.
|
Kalau mau tahu blog Kak Raafi, sila dipencet gambarnya :) |
Jawab:
Serius? Mengeriut? Dalam KBBI Daring, mengeriut yang memiliki kata dasar keriut berarti tiruan seperti bunyi gesekan pohon bambu yang tertiup angin. Jadi, kamu membaca nama blogku lalu kamu merasa seperti mendengar gesekan pohon bambu yang tertiup angin? Wow. Aku tidak menduga bahwa nama blogku akan sekeren itu! Aku ambil "mengeriut" itu sebagai sebuah pujian, seperti namamu.
(Err..., sepertinya aku sudah mengantuk jadi nulisnya sampai kayak gitu. Maapin. But, thanks God! Artinya positif. *senyum.)
Oke. Sesungguhnya aku harus memikirkan ulang apakah aku mengganti nama blogku atau tetap seperti itu. Aku benar-benar lupa alasanku menggunakan nama "Ough, My Books!". Biar kuberi tahu rahasiaku: aku orangnya impulsif. Dan sisa-sisa memoriku juga memberikan peringatan bahwa nama tersebut diambil secara impulsif karena begitu banyak buku yang kumiliki saat itu. Dan karena aku orangnya terlalu drama untuk kehidupan yang stagnan ini, aku terkejut dengan buku-buku itu dan berkata: Oh, buku-bukuku! Dan karena aku mencintai bahasa Inggris, maka aku ubah kata-kata tersebut menjadi Ough, My Books! Nah, seperti itulah kira-kira yang terjadi pada nama blog ketika pemiliknya adalah orang yang impulsif, senang mendramatisasi, dan menyukai bahasa Inggris. Semoga sudah cukup jelas ya! Karena bila tidak, aku tidak tahu harus bilang apa lagi.
(Well, in my opinion, jadi orang impulsif nggak ada salahnya kok, Kak. Bahkan bisa jadi orang yang anti wacana. Hoho.)
Terus, sepanjang yang kutahu, Kak Raafi sering banget menang lomba resensi dari penerbit tertentu. Ada tips dan triknya nggak kak buat bisa menang? Ajarin aku gitu. Haha. Dan, Kak Raafi kayaknya sudah melebarkan sayap jadi proofreader dan editor di penerbit tertentu. Mau tahu dong kak gimana pengalamannya.
Jawab:
Sungguh ini pertanyaan yang akan membutuhkan seluruh masa karierku untuk menjawabnya. Tapi aku akan coba bersabar dan menjawab satu per satu.
Pertama soal sering banget menang lomba resensi. Masa sih? Ulasan bukuku cuma tiga kali menang Resensi Pilihan Gramedia Pustaka Utama dan cuma itu. Apakah ini pernyataan sarkastis? Atau sebuah bentuk sinisme? Apa pun yang niatmu menyatakan seperti itu, aku benar-benar tidak memiliki tip atau trik khusus dalam setiap penulisan ulasanku. Yang paling penting adalah bagaimana kamu mengambil hal menarik dari buku yang kamu baca dan mengembangkannya dengan bentuk pemikiranmu. Kemudian, tuliskan. Sejujur mungkin. Jangan mengada-ada. Bolehlah bila ditambah kalimat-kalimat dramatis agar tidak begitu kaku. Itu saja.
(Ehm, bukan sarkasme atau sinisme kok, Kak. Tapi aku memang kagum aja.)
Kedua: untuk menjadi editor dan proofreader, mungkin bisa dibilang beruntung. Awal mulanya adalah karena salah satu penerbit mencari editor lepas dalam proyek penerjemahan salah satu naskah fantasi. Penerbit tersebut mencari dengan kualifikasi seorang pembaca dan dari komunitas. Tujuan utamanya adalah agar pembaca tersebut mengetahui bagaimana proses menerbitkan novel terjemahan. Dan aku terpilih dari sekian banyak orang yang melamar (nggak tahu berapa banyak sih). Jadi, aku coba belajar secara autodidak bagaimana cara menyunting naskah yang baik dan ternyata hasil kerjaku dipakai dan berlanjut ke naskah-naskah selanjutnya. Sayangnya, akhir-akhir ini aku sudah tidak mendapat pesanan editing atau proofreading lagi. Aku rindu melakukannya. Adakah penerbit yang mau menggunakan jasaku lagi?
(Semoga bisa dapet tawaran lagi ya, Kak!)
Berhubung Bebi mau ulang tahun, apa aja sih pesan dan kesan Kak Raafi selama bergabung di BBI? Terus, harapan ke depannya buat BBI apa sih, Kak?
Jawab:
Aku selalu heran dengan istilah "pesan dan kesan". Bukannya semua dimulai dari kesan atas apa yang dirasakan terlebih dahulu, baru setelah itu memberi pesan? Jadi, aku akan memberikan kesanku terlebih dahulu. Aku merasa bahwa selama bergabung dengan BBI sampai detik ini, temanku semakin banyak. Karena salah satu alasanku gabung dengan berbagai komunitas di kota yang baru kusinggahi (well, aku akan rantau di Jakarta yang hebring ini) adalah memiliki teman yang menyukai hobi yang sama. Itu yang paling kurasakan. Hal-hal lain adalah bagaimana aku semakin berkembang dalam kepenulisan ulasan bukuku. Komitmen bergabung dengan BBI yang mengharuskan aktif di blog sekurang-kurangnya enam bulan sekali membuatku terus menulis apa saja. Seiring dengan itu, aku sembari mengasah kemampuan menulisku.
Aku berharap BBI kembali eksis. Dan karena aku termasuk Pengurus BBI, aku berharap isu regenerasi pengurus benar-benar terjadi agar BBI tetap kembali aktif dalam melakukan berbagai hal, terutama menyebarkan minat baca di Indonesia.
(Kalau memang akan ada regenerasi pengurus, semoga mekanisme bisa lebih jelas untuk anggota-anggota baru :) Semangat qaqa-qaqa pengurus!)
Silakan beri komentar tentang aku ya, Kak. Tapi pliss banget yang baik-baik aja. Hahaha. Jangan menjatuhkan harga diri saya yang tinggal seiprit ini. Hihihi.
Jawab:
Puji P. Rahayu. Aku sempat bertanya-tanya tentang nama blog Prayrahayu's Book, apakah kamu mendoakan buku-bukumu sendiri? Kita juga sempat hampir dari sore sampai malam jalan berdua, secara harfiah. Dan karena membahas tentang Hubungan Internasional yang merupakan prodi yang kamu ambil, aku jadi tertarik untuk mendalaminya. Walaupun sebenarnya, aku begitu mudah tertarik akan segala hal atau suka ingin tahu. Don't get me wrong, yes? Semoga kita bisa jalan bareng lagi ya! Tapi jangan di Tebet dan jangan makan indomie yang keasinan lagi! Sukses terus untuk karier dan keaktifan blognya! Cepat lulus dan bisa menjelaskan secara gamblang bagaimana penduduk Rohingya seharusnya diperlakukan oleh dunia!
(Wew. Boleh kak jalan bareng lagi. Eh, tapi, makananku sih enak-enak aja. Nggak keasinan juga. Atau kita sebenernya beda selera? Lol. Udaah, mampir ke Depok, sini. Lumayan kok banyak tempat makan unik. Oh ya, soal Rohingya, sepertinya akan masih tetap sulit :( Isu-isu migrasi seperti itu memang belum bisa ditangani oleh ASEAN. Apalagi, ASEAN masih pakai ASEAN-Way yang berpedoman pada norma non-intervention. Bisa baca tulisan Shaun Narine, mitav Acharya, Jorgen Ruland, Edy Prasetyono, dan lainnya. Kedaulatan negara masih di atas kepentingan non tradisional :( Yaa, banyak sekali hambatan dalam penegakan HAM. Nggak cuma soal Rohingya, tapi yang lainnya juga. *halah. Malah berasa kayak kuliah. Aamiin, ya Tuhan! Kuliah tinggal satu tahun lagi! Hore! Makasih doanya, kak.)
***
Nah, demikianlah hasil bincang-bincangku bersama Kak Raafi. Sesungguhnya, artikel ini mau diterbitkan sebelum Bebi ultah :( Tapi akunya nggak sempat melulu. Selain memang nabrak UTS, aku juga lagi banyak kegiatan. Alhasil, baru bisa diposting sekarang.
Sekali lagi, kuucapkan terima kasih banyak untuk Kak Raafi yang bersedia menjawab seluruh pertanyaan saya yang, yaaa, masih itu-itu aja. Mungkin, lain kali kalau ada kesempatan aku nanya pendapat kakak soal suatu isu aja kali, ya? Hoho. Semoga lagi, kalau kita ketemu lagi, kakak nggak bosen dengerin aku yang nyerocos nggak jelas. Semoga tahan ya, Kak! Lalu, kuucapkan sukses selalu buat Kak Raafi dengan semua hal yang sedang dikerjakan. Baik soal kerjaan maupun soal blogging dan lainnya. Selalu semangat ya, Kak!
Ya sudah. Saya pamit undur diri lalu. Untuk postingan selanjutnya, ditunggu ya. Karena ada salah seorang Living Legend di BBI yang berhasil aku korek-korek kehidupannya. Hoho. Siapa dia? Tunggu aja, ya! Akan segera kurilis hasil obrolanku bersama beliau.
Sincerely,
Puji P. Rahayu.