Book Review: Map of the Soul: 7 Persona, Shadow & Ego dalam Dunia BTS (2021)

Judul: Map of the Soul: 7 Persona, Shadow & Ego dalam Dunia BTS
Penulis: Murray B. Stein, Steven Buser, Leonard Cruz
Tebak buku: 208 halaman
Penerbit: Penerbit Spring
Beli di official store Penerbit Haru

Kita semua pasti membutuhkan peta saat mengunjungi sebuah tempat baru. Carl Jung, seorang psikolog besar abad ke-20, membuat konsep peta jiwa yang telah membantu banyak orang bahkan hingga saat ini. Kita, yang hidup pada abad ke-21 ini, berada dalam kehidupan modern yang kompleks. Karena itu, kita perlu membekali diri dengan peta ini agar bisa menemukan arah perjalanan hidup kita. Dalam buku ini, Murray Stein, seorang analis psikologi, bersama Steven Buser, dan Leonard Cruz, menjelaskan konsep peta jiwa BTS melalui psikoanalisis Jungian berdasarkan album bestseller mereka, Map of the Soul: 7, dan keterkaitannya dengan masalah kehidupan.

***

Hmm,
jadi aku bisa mulai dari mana, ya? Tentu saja, sebagai ARMY, aku mengetahui kalau serial album Map of the Soul yang dirilis oleh BTS didasarkan dari Map of the Soul Theory. Teori psikologis ini dikembangkan oleh seorang psikiatris dan psikoanalis asal Swiss, Carl Jung. 

Dalam perkembangannya, pemikiran Jung dikenalkan kembali oleh Murray B. Stein, seorang profesor psikiatri yang berbasis di Swiss juga. Bukunya yang berjudul Jung's Map of the Soul: An Introduction dirujuk oleh BTS dan labelnya kala itu. Hal inilah yang menjadi cikal bakal munculnya buku yang kubaca ini.

The Thought

Well, pada dasarnya, aku bukanlah penggemar buku non-fiksi. Sedikit sekali bacaan non fiksi yang pernah kubaca selain untuk tugas kuliah. Kebetulan, aku menemukan buku MOTS 7 ini di akun Penerbit Haru. Jadilah secara impulsif aku membelinya.

Nah, dalam buku satu ini, Murray B. Stein mencoba menginterpretasikan bagaimana lagu-lagu yang ada di album Map of the Soul: 7 dapat dianalisis melalui teori peta jalan. Ini menjadi salah satu bagian utama buku ini. 

Di sini, pembaca seakan diajak untuk memahami arti dari masing-masing lagu dari sisi makna yang ditonjolkan. Apakah mengenai persona dari sang idola, bayangan yang terus membayangi, atau malah ego yang hadir sedemikian rupa. Yang pasti diingat, setiap lagu dalam album MOTS 7 telah disusun sedemikian rupa untuk bisa menyampaikan secara utuh.

Selain pembahasan dari masing-masing lagu, Stein dan dua penulis lainnya, Steven Buser dan Leonard Cruz, juga memberikan pemaparan lebih dalam dari masing-masing elemen dalam teori peta jalan. Apalagi kalau bukan persona, bayangan, dan juga ego.

My Opinion

Secara keseluruhan, tentunya buku ini memberikan pemahaman lebih jauh bagiku soal makna dari Map of the Soul. Tentu saja, pesan yang disampaikan dalam album MOTS terasa lebih mendalam karena menyangkut apa yang ada dalam diri kita. Pesan yang disampaikan mungkin tidak akan segamblang Love Yoursel--setidaknya ini menurutku.

Selama membaca buku ini, ada tiga hal yang masih melekat dalam pikiranku.

Pertama, bagaimana seseorang pada dasarnya memiliki tiga nama, yakni nama aslinya secara formal, nama yang digunakan oleh orang-orang terdekat (baik teman maupun keluarga), serta nama yang bahkan kita tidak tahu kalau ia ada. Nama tersembunyi ini adalah nama yang sudah ada bahkan sebelum orang tua atau masyarakat memberi kita nama. 

Pertanyaanya, apakah memungkinkan seseorang menemukan nama ketiganya itu? Yang kupahami, nama itu bisa kita temukan saat kita sudah melewati proses individuasi. Apakah mudah? Yaa, tentu tidak. Mungkin sampai nanti, kita tidak akan pernah tahu nama ketiga kita yang sebenarnya.

Kedua, pemahaman mendalam soal bayangan yang ada di diri kita. Tentu aku menyadari bahwa setiap orang pasti punya sisi gelap dari persona yang kita tunjukkan ke orang lain. Nah, yang harus digarisbawahi, tak seharusnya kita menafikan keberadaan bayangan kita. Semakin kita abaikan, maka bayangan itu akan berakhir memakan diri kita secara perlahan.

Selain itu, hal yang menarik buatku adalah tentang cara kita bisa mengenali bayangan kita. Stein menjelaskan salah satu caranya adalah melalui mimpi. Terkadang, wujud kita dalam mimpi, atau keadaan yang terjadi di mimpi kita, bisa jadi merupakan representasi dari bayangan yang kita miliki. Menarik, bukan?

Terakhir, bagaimana suatu identitas kolektif dapat terbentuk dalam diri masing-masing anggota BTS. Ini begitu menarik karena semakin mengukuhkan ikatan yang tercipta di antara 7 member. Bagaimana mereka saling menyayangi dan mendukung satu sama lain.

Kemudian, intensnya interaksi yang tercipta dj antara masing-masing member, memungkinkan terbentuknya identitas kolektif mereka sebagai BTS. 

Conclusion

Seperti yang sempat aku singgung, buku ini menarik sekali untuk dipahami lebih lanjut. Apalagi, kalau kamu adalah ARMY yang ingin mendalami lebih jauh soal peta jalan.

Sayangnya, bagi orang-orang sepertiku yang belum pernah membaca teori peta jalan secara langsung, aku agak merasa lost di awal. Meskipun Stein telah memberikan penjelasan, bagiku konsep antara persona, bayangan dan ego dalam teori peta jiwa cukup sulit untuk dicerna.

Meskipun demikian, aku cukup enjoy saat membaca buku ini.

Jadi, 4 dari 5 bintang untuk sampul bukunya yang membuatku langsung jatuh hati.

Sincerely,
Ra
Be First to Post Comment !
Post a Comment