Judul: Reuni: Tiga Hati, Tiga Rasa, Satu Cinta
Penulis: Joe Andrianus, Brigida Alexandra, Hally Ahmad
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun terbit: 2016
Tebal buku: 264 halaman
Baca di IPusnas
Reuni akbar membawa pergulatan batin tersendiri bagi tiga orang sahabat semasa SMA: Gita, Arsha, dan Vanka. Ketiganya punya alasan masing-masing untuk datang ke reuni. Kejadian di masa silam membuat persahabatan mereka berantakan tanpa kejelasan.
Gita tidak ingin bertemu dengan keduanya, dia menganggap bertemu dengan keduanya hanya akan mengulang kesalahan yang sama. Arsha berharap bisa bertemu kedua sahabatnya itu, dan berharap Gita dan Vanka bisa hadir di hari pernikahannya. Sementara Vanka menyimpan kerinduan yang besar terhadap dua orang sahabatnya, tapi dia tidak siap - dia takut sahabat-sahabatnya tidak bisa menerima keadaan dirinya saat ini, terutama Gita.
Akankah mereka mengalahkan ego masing-masing untuk menyelesaikan apa yang ada di masa lalu? Mampukah mereka berusaha memperbaiki tali persahabatan mereka yang telah lama putus bertahun-tahun?
***
Tentang cerita
Dari judul, sejujurnya Reuni sudah berbicara cukup banyak. Ajan rendezvous itu kembali mempertemukan tiga orang sahabat yang sempat hilang kontak, Gita, Arsha, dan juga Vanka. Dulu, ketika SMA, Gita, Arsha dan Vanka adalah tiga sahabat baik yang selalu kemana-mana bersama. Semua orang di sekolah tahu soal kedekatan mereka. Akan tetapi, suatu kejadian membuat persahabatan ketiganya merenggang--atau malah dapat dikatakan terputus begitu saja.
Kesalahpahaman soal perasaan satu sana lain membuat ketiganya tidak bisa lagi bersikap seperti biasa. Bahkan, Gita memilih untuk menghindar dan enggan lagi berhubungan dengan Arsha maupun Vanka.
Mungkin, tahun 2015-2016 adalah tahun-tahun kejayaan Elex Media dalam merambah penerbitan novel. Maka dari itu, Reuni menjadi salah satu karya yang tercipta. Selayaknya kisah-kisah dari Elex Media, Reuni terbagi menjadi tiga bagian utama, yakni kisah dari sisi Gita, Arsha, dan juga Vanka.
Gita dikisahkan sebagai desainer muda yang tengah naik daun. Ia baru saja membuka butiknya di Jakarta setelah berhasil mengukuhkan diri dengan mendirikan butik kenamaan di Ubud. Bagi Gita, bekerja dan berkarya menjadi suatu pelarian tersendiri dari masa lalu yang terus menghantuinya. Akan tetapi, satu undangan reuni membuat Gita tercenung. Akhirnya saat itu tiba juga, saat ia harus menghadapi kembali dua mantan sahabatnya semasa putih abu-abu.
Hidup Arsha mungkin tidak sebegitu sempurnanya. Akan tetapi, ia sudah mulai menata hidup sebagai seorang jurnalis di satu majalah pria dewasa. Ia pun juga dalam tahap merajut kasih dengan pacarnya selama lima tahun, Louise. Meskipun pekerjaan Louise tidak bisa dibilang pekerjaan biasa, tapi Arsha begitu tulus menghargai Louise sebagai perempuan. Maka dari itu, ketika sepucuk undangan reuni menghampiri, ketenangan Arsha terusik. Apalagi, ada sejumlah rahasia dalam hidupnya yang mulai terkuak saat reuni akan tiba. Sekarang, Arsha pun menghadapi pilihan yang cukup sulit. Memilih untuk melangkah maju dengan risiko masa lalu yang menghantui, atau sekali lagi berdamai dengan masa lalu?
Di sisi lain, ada Ivanka yang meniti karier di bidang politik. Ia adalah sosok yang begitu dikagumi di balik kesuksesan salah seorang bupati di daerah Jawa Barat. Pribadinya yang cerdas dan cekatan membuat karier politik Vanka moncer. Akan tetapi, lagi-lagi kesempatan untuk berdamai dengan masa lalu membuat hidup Vanka yang tergolong sudah mulai tertata, terguncang kembali. Apakah ia akan mengambil risiko untuk bisa kembalu bereuni dengan kedua sahabatnya itu?
The opinion
Yang aku ingat, aku amat tidak menyukai sudut pandang Gita. Sungguh. Aku merasa Gita ini terlalu egois dan childish sekali. Menurutku, penggambaran tokoh Gita menjadi penggambaran yang paling tidak believable dalam kisah ini.
Lalu, menurutku, konflik dari Kisah Gita juga tidaklah sekompleks dengan kisah Arsha dan Vanka. Aku merasa kisah Gita menjadi titik lemah karena jalan cerita yang kurang solid.
Kalau untuk kebingungan yang timbul saat penulis menggambarkan sosok Arsha dan Vanka, khususnya terkait gender mereka, aku rasa itu tidak masalah. Bahkan, mungkin memang itu tujuan dari penulis untuk membuat kisah yang sesumir mungkin soal identitas dari masing-masing tokoh.
Dari ketiga kisah, bukannya aku paling suka kisah Arsha, tapi menurutku kisah Arsha lah yang paling solid di antara kisah dua lainnya. Meskipun, ada juga keabsurdan ketika Arsha ternyata masih menyimpan rasa ke Gita selama dua belas tahun lamanya. In a way, aku bersyukur ketika penulis tidak memaksakan kalau Gita dan Arsha pada akhirnya harus bersama meskipun ada sinyal ke sana.
Lalu, untuk kisah Vanka, aku percaya kisahnya bisa digali lebih dalam. Apalagi, kehidupan seorang transgender tidaklah mudah untuk diselami dalam sekali duduk. Jadi, aku melihat potensi besar untuk pengembangan kisah Vanka.
Bagiku, kisah di Reuni bukanlah kisah yang luar biasa. Pengulangan kisah dari sejumlah sudut pandang terkadang malah membuat cerita yang disampaikan terkesan redundant. Mungkin hanya preferensiku saja, tapi mengisahkan tiga cerita dari tiga sudut pandang memang enggak mudah. Seenggaknya itu juga yang aku pelajari ketika dulu terlibat dalam proyek Yesterday in Bandung.
Well, pada akhirnya, menjalin tiga kisah dalam satu buku bukanlah perkara mudah. Jadi, sedikit-banyak aku memahami struggle yang dirasakan oleh penulis.
Yaa, 2.5 dari 5 bintang buatku untuk si Reuni.
Sincerely,
Ra
Be First to Post Comment !
Post a Comment