Image: pinterest, edited by me |
Jojo Moyes meets Eleanor Oliphant in Goodbye, Paris, an utterly charming novel that proves that sometimes you have to break your heart to make it whole.
Grace once had the beginnings of a promising musical career, but she hasn’t been able to play her cello publicly since a traumatic event at music college years ago. Since then, she’s built a quiet life for herself in her small English village, repairing instruments and nurturing her long- distance affair with David, the man who has helped her rebuild her life even as she puts her dreams of a family on hold until his children are old enough for him to leave his loveless marriage.
But when David saves the life of a woman in the Paris Metro, his resulting fame shines a light onto the real state of the relationship(s) in his life. Shattered, Grace hits rock bottom and abandons everything that has been important to her, including her dream of entering and winning the world’s most important violin-making competition. Her closest friends—a charming elderly violinist with a secret love affair of his own, and her store clerk, a gifted but angst-ridden teenage girl—step in to help, but will their friendship be enough to help her pick up the pieces?
Filled with lovable, quirky characters, this poignant novel explores the realities of relationships and heartbreak and shows that when it comes to love, there’s more than one way to find happiness.
Pada sesungguhnya, aku hampir menelantarkan novel ini karena aku tidak membaca blurb dengan baik. Kisah perselingkuhan bukanlah kisah yang ingin aku baca sesungguhnya. Akan tetapi, akhirnya aku memaksakan diri untuk menyelesaikannya. Yaa, tetap tidak bisa menjadi novel favoritku, sih.
Grace dan kisah cintanya
Grace Atherton, seorang pengrajin alat musik yang tinggal di Inggris. Sehari-hari, ia memperbaiki alat musik, khususnya biola, cello, dan kawannya. Istilahnya, tidak ada alat musik serusak apapun yang tidak dapat ia perbaiki. Awalnya, Grace adalah salah seorang murid berbakat di satu sekolah musik. Akan tetapi, konfliknya dengan Nikolai, tutornya saat itu, membuat Grace hancur dan memutuskan untuk menjauh sepenuhnya dari dunia musik pertunjukan.
Mungkin hidup Grace terlihat biasa-biasa saja. Ia punya pacar yang sangat ganteng dan perhatian. Hanya saja, ketika di awal cerita, tersebutlah kalau sosok David Hewitt, penerjemah yang bermukim di Swiss tapi sering berkunjung ke Paris, sudah berkeluarga. Parahnya lagi, suatu kejadian yang sempat viral di internet membuat hubungan pernikahannya semakin berada di ujung tanduk. Sialnya bagi Grace, ia tidak bisa berlaku apa-apa karena semua kendala ada di David. Bagaimanapun, she only an affair partner for David.
Di sisi lain, ada sosok Nadya yang selalu dekat dengan Grace. Ia seorang remaja ceria yang terkadang membantu Grace menjaga toko. Sayangnya, di balik keceriaan itu, Nadya menyimpan berbagai beban yang bahkan Grace pun tak mengetahuinya. Kalau boleh jujur, kisah dalam Goodbye, Paris ini tidak hanya akan berfokus pada kisah Grace-David, tapi juga Nadya dan melalonkoli kehidupan remajanya.
Grace yang naif dan David yang egois
To be very honest, aku masih enggak mengerti kenapa seseorang memutuskan untuk menjadi selingkuhan. Mengapa begitu rela untuk bergantung pada hubungan yang tidak jelas? Yang belum tahu ujungnya kemana. Sebagai seorang perempuan, otomatis Grace tidak punya power untuk membuat David bersama dengan dirinya. Sedangkan, David bisa melakukan apa saja. Ia punya kontrol penuh atas seluruh keputusan yang ia ambil.
Dan, pada akhirnya, layaknya seluruh kisah perselingkuhan, Grace menjadi sangat naif. Ia memaklumi seluruh kesalahan David dan berpikir kisah mereka lah yang akan berakhir bahagia. Bukan malah akan hancur sedemikian rupa. Di sisi lain, David adalah tipikal laki-laki seenaknya yang merasa bisa punya segalanya. Aku semakin sebal saat tahu David tidak hanya melakukan affair bersama dengan Grace, tapi juga dengan perempuan lainnya. He is indeed an asshole.
Satu hal yang akan selalu kupegang adalah, aku tidak akan mau, dan mudah-mudahan tidak akan pernah terlibat hubungan seperti itu. I won't fancy anything relationship that related to an affair. Never. Untungnya, dalam kisah ini, ada Nadya dan Mr. Williams yang berhasil membuat Grace sadar--meskipun agak terlambat. Yang penting Grace tidak menjadi senaif itu saja.
Dunia musik dan yang kusukai
Meskipun aku sebal dengan kisah utamanya, harus kuakui kalau Goodbye, Paris membuatku mengetahui dunia musik, lebih khusus lagi tentang biola dan cello. Salah satu hal yang menarik adalah, aku baru tahu keberadaan dari kompetisi pembuatan alat musik yang begitu termasyhur di dunia. Sebagai seseorang yang tidak begitu mengenal dunia musik, info ini menjadi suatu hal yang unik bagiku.
Lalu, salah satu hal yang membuatku masih bisa membaca novel ini sampai habis adalah, orang-orang yang berada di sekeliling Grace, khususnya Mr. Williams. Ia adalah sosok yang sangat sweet dan bisa memberikan kebijaksanaan dari sosok kakek berumur 80 tahunan. Mungkin, tanpa Mr. Williams, Grace akan tetap menjadi pathetic-silly-and-naive woman who still has an affair with a married man who is also an asshole.
Kesimpulan
Jelas. Novel ini tidak akan menjadi novel favoritku. Berkali-kali aku ingin DNF saja saat membacanya. Bisa dilihat dari lamanya aku membaca novel ini, yakni sekitar 3 minggu! Hanya Tuhan yang tahu mengapa aku bisa menyelesaikannya tanpa membanting hape.
2.5 dari 5 bintang. Pengetahuan soal dunia musik dan karakter Mr. Willliams saja yang menolong novel ini di mataku.
Be First to Post Comment !
Post a Comment