L
Mungkin, sebuah karma lah yang menimpa kehidupan Ava Torino. Who knows?
Karya Kristy Nelwan
4 dari 5 bintang
Sumber gambar: Goodreads |
Penulis: Kristy Nelwan
Editor: A. Ariobimo Nusantara
Asisten editor: Veronica B. Vonny
Penata isi: Gun
Penerbit: Grasindo
Tahun terbit: April 2012, cetakan keempat
Tebal buku: VIII+344 halaman
ISBN: 978-979-025-417-6
Pinjam di iPekanbaru dan iJakarta
Ava Torino, twentysomethinggirl, yang bekerja sebagai produser di sebuah stasiun televisi lokal di Bandung, agak berbeda dengan perempuan pada umumnya. Ava not really into romantic or love things. Ia menganggap pacaran adalah sesuatu yang seharusnya fun. Dan, biar semakin fun, ia nekad meneruskan ide gilanya semasa kuliah dulu: berganti-ganti pacar, sampai ke 26 alfabet tergenapi sebagai huruf awal nama-nama sang pacar.
Dengan ke-adventurous-annya, tidak sulit bagi Ava untuk memenuhi rencana gilanya itu. Namun, tanpa disangka, cowok yang paling sulit ditemukan justru yang namanya berawal huruf L. Maka, cara berpikirnya yang logis memutuskan, siapa pun dia, si L akan menjadi the Last Love nya. Sayang, Ava tidak menyadari betapa rahasia semesta ini terlalu besar untuk ditaklukkan oleh logika pikirannya.... hingga terjadilah peristiwa itu....
Informasi lebih lanjut dapat dibaca di:
Pada dasarnya, saat aku mencomot novel ini di aplikasi iPekanbaru, aku tidak berkekspektasi apa-apa. Aku hanya sekadar ingin membaca bacaan ringan. Mulai dari blurb yang cukup catchy, akhirnya aku memutuskan untuk membaca L. Karena aku belum pernah membaca karya Kristy Nelwan sebelumnya, akhirnya aku memutuskan untuk searching dulu di Goodreads, dan betapa kagetnya aku saat menyadari bahwa novel ini dipandang out of the box. Mengetahui fakta tersebut, aku pun bersemangat untuk membaca novel ini.
Bergonta-ganti pasangan? Itulah yang dilakukan oleh seorang Ava Torino. Trauma akan pacar-pacarnya dahulu kala, Ava pun bertekad gonta-ganti pacar hingga nama pacarnya sampai 26 alfabet. Absurd? Sangat. Bahkan, menurutku hal ini sama sekali nggak masuk akal. Ada gitu orang se'kurang-kerjaan' kayak Ava?
Tanpa pretensi apa-apa, aku mulai menggeser layar ponselku. Diawali dari adegan pemutusan pacar Ava yang ke sekian, novel ini disajikan dengan bahasa yang ringan. Tidak terlalu sulit untuk dipahami maksudnya. Bahkan, menurtku, sangat enak dibaca. Ada selipan-selipan humor yang disisipkan oleh Kristy.
Merujuk pada obsesi Ava, maka kita akan berpikir bahwa Ava akan kesulitan menemukan pacar dengan nama berawalan Q atau X. Nyatanya, Ava malah kesulitan mendapatkan pacar dengan naa berawalan L. Pada saat berlibur ke Yogyakarta, Ava bertemu dengan seorang cowok. Secara tipe, cowok itu tipe dia banget. Sayangnya, cowok itu bernama Rei. Tentunya, nama cowok ini membuat semangat Ava padam. Akan tetapi, di malam yang sama, Ava bertemu dengan kenalan teman Ava. Seseorang yang ternyatan bernama depan L. Ludi.
"'L' kan huruf sakral, bisa berarti Last atau Love." - Ava. hlm. 32.
Dengan ditemukannya si L ini, Ava berniat untuk bertobat. Ia ingin menyerahkan cinta dan hidupnya pada Ludi. Ternyata, hal ini mendapat sambutan positif dari Ludi. Hubungan antara Ava dan Ludi terus berlanjut. Bahkan, bisa mencapai satu tahun lebih. Maka dari itu, Ava berani untuk mengambil keputusan lebih jauh dan menerima lamaran dari Ludi.
Di tengah semarak kebahagiaan persiapan pernikahan, Ava malah mendapatkan masalah. Stasiun televisi tempatnya berkerja tidak memberikan insentif yang sebanding dengan kerja kerasnya. Apalagi, kontrak karyawan pun tidak segera diturunkan oleh pihak pimpinan perusahaan. Setelah satu insiden menimpa sahabat Ava, Ava akhirnya memilih untuk mengundurkan diri. Hal ini didukung oleh Ludi yang sedari dulu khawatir dengan pekerjaan Ava. Kemudian, Ava mencoba melamar pekerjaan di Jakarta dan betapa kagetnya ia saat bertemu lagi dengan Rei. Karena tidak mengenal siapapun di kantor barunya, akhirnya, Ava dan Rei menjadi akrab. Bahkan, Rei banyak mengubah kehidupan Ava dengan tindakan-tindakannya. Sampai satu titik, Ava menyadari ada perasaan yang berbeda dalam diri Ava terhadap Rei. Akan tetapi, rahasia kelam Rei, serta perjanjian Ava pada dirinya sendiri, membuat kisah mereka menjadi rumit dan menyedihkan.
Sumber gambar: Google, disunting oleh Puji. |
Rasanya, sudah lama sekali aku tidak menangis karena membaca novel. Dan, aku cukup amazed saat L karya Kristy Nelwan ini berhasil membuatku tersedu-sedu. Padahal, aku sudah menyadari kalau skenario terburuk akan terjadi sejak awal membaca cerita ini, tapi aku masih saja tetap menangis. Rupanya, Kristy Nelwan berhasil mengaduk emosiku dengan gayanya bercerita,
Meskipun memang sulit untuk menghakimi apa yang dilakukan oleh Ava, tapi setidaknya aku mengerti perasaannya. Perasaan kepada orang yang ia tahu tidak akan bisa selamanya dengannya. Aku pun juga menyadari ada yang tidak beres dalam sikap Ludi. Meskipun aku masih bertanya-tanya apa yang berbeda.
"Hidup itu emang nggak gampang, tapi juga nggak perlu diperumit. Kita harus jaga konstanitasnya, menjaga kesadaran kita tetap ada dalam kadar yang tepat." hlm. 290.
Dua hal yang kudapat dari novel ini sebenarnya. Yang pertama adalah mengenai rokok. Sebenarnya, aku pun juga hidup di sekitar orang-orang yang suka merokok. Asap-asap bernikotin itu sudah sering menyerang paru-paruku. Mungkin, dengan aku membaca novel ini, aku harus mulai berhati-hati terhadap asap rokok; dan yang kedua adalah mengenai toleransi beragama. Di novel ini, Rei mengajak kita untuk melihat lebih jauh mengenai perbedaan agama. Aku suka dengan cara pandang Rei yang menyatakan bahwa "Aku ibadah bukan karena takut, tapi karena aku ingin berkomunikasi dengan Tuhan." Betapa hal inilah yang seharusnya dilakukan oleh setiap orang.
Menurutku, novel ini patut untuk dibaca. Sebagai bacaan ringan dan juga pengingat untuk kehidupan kita masing-masing. Bagiku, novel ini sangat berkesan karena berhasil membuatku menangis sedemikian rupa,
Sincerely,
Puji P. Rahayu
Be First to Post Comment !
Post a Comment