Crazy Rich Asians
Terkadang, hidup yang terlalu berlimpah belum tentu berujung bahagia.
Karya Kevin Kwan
3.5 dari 5 bintang
Sumber: Goodreads |
Penulis: Kevin Kwan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Alih bahasa: Cindy Kristanto
Editor: Meggy Soedjatmiko
Sampul: Martin Dina
Tebal buku: 480 halaman
Tahun terbit: 2016
ISBN: 978-602-03-1443-3
Buntelan dari Bintang.
Ketika Rachel Chu, dosen ekonomi keturunan Cina, setuju untuk pergi ke Singapura bersama kekasihnya, Nick, ia membayangkan rumah sederhana, jalan-jalan keliling pulau, dan menghabiskan waktu bersama pria yang mungkin akan menikah dengannya itu. Ia tidak tahu bahwa rumah keluarga Nick bagai istana, bahwa ia akan lebih sering naik pesawat pribadi daripada mobil, dan dengan pria incaran se-Asia dalam pelukannya, Rachel seperti dimusuhi semua wanita.
Di dunia yang kemewahannya tak pernah terbayangkan oleh Rachel itu, ia bertemu Astrid, si It Girl Singapura; Eddie, yang keluarganya jadi penghuni tetap majalah-majalah sosialita Hong Kong; dan Eleanor, ibu Nick, yang punya pendapat sangat kuat tentang siapa yang boleh—dan tidak boleh—dinikahi putranya.
Dengan latar berbagai tempat paling eksklusif di Timur Jauh—dari penthouse-penthouse mewah Shanghai hingga pulau-pulau pribadi di Laut Cina Selatan—Crazy Rich Asians bercerita tentang kalangan jet set Asia, dengan sempurna menggambarkan friksi antara golongan Orang Kaya Lama dan Orang Kaya Baru, serta antara Cina Perantauan dan Cina Daratan.
Informasi lebih lanjut dapat dibaca di:
Pergi menggunakan jet pribadi secara instan? Baju-baju rancangan desainer ternama? Atau rumah besar bak istana yang dijaga oleh berbagai macam penjaga? Dalam pikiran terliarnya, Rachel Chu tak pernah menyangka kalau pacarnya, Nicholas Young, memiliki keluarga kaya raya dengan 1001 tradisi. Setiap anggota keluar Nick, terlihat sangat ingin berlomba-lomba menjadi yang terbaik. Mulai dari membicarakan gaun apa yang dipakai oleh siapa, perhiasan apa yng dibuat oleh siapa, hingga siapa yang memiliki garis keturunan yang bagaimana. Percakapan-percakapan ini terus menghinggapi telinga Rachel saat ia berkunjung ke rumah Nick di Singapura. Lama tinggal di Amerika, membuat Rachel tidak menyangka ada suatu rahasia besar yang disimpan oleh Nick. Nick sendiri hampir tidak menyadari kalau rencananya untuk mengajak Rachel berlibur, malah membuat malapetaka bagi hubungan keduanya.
"Tidak melakukan apa-apa kadang bisa menjadi bentuk tindakan paling efektif. Kalau kau tidak melakukan apa-apa, kau akan mengirim pesan yang jelas: bahwa kau lebih kuat dari yang mereka pikir. Belum lagi jauh lebih berkelas. Coba pikirkan." Sophie, hlm. 252.
Bagaimana caraku mendefinisikan novel gila-gilaan ini? Ahh, aku tak tahu. First thing first, yang harus kupercayai adalah, orang-orang kaya sialan ini pasti ada di kehidupan nyata. Cara mereka menghabiskan uang dengan berbelanja di suatu butik ternama, makan-makan di restoran mewah tanpa cela, hingga liburan di pulau pribadi dengan harga selangit. Setidaknya, novel ini ingin mengambil latar belakang orang-orang jetset di Asia.
Well, sejujurnya, novel ini menarik. Meskipun terlihat sangat berlebihan, nyatanya kalau dipikir-pikir pun, kekayaan orang-orang Cina di Singapura mungkin saja benar-benar ada. Toh, hal itu bukanlah suatu hal yang salah. Memang ada orang-orang yang punya kesempatan demikian. Keluarga Young, Leong, Cheng, dan lainnya, menjadi keluarga-keluarga paling berpengaruh dalam roda perekonomian Singapura. Hampir semua orang memandang hormat pada mereka. Rasanya seperti sureal saat membayangkan keluarga-keluarga seperti ini benar-benar ada.
"Tidak ada yang abadi, dan ketika ledakan ini berakhir, anak-anak muda ini tidak akan tahu apa yang menjatuhkan mereka." Wye Mun, hlm. 275.
Yang membuatku tertarik untuk membaca novel ini adalah, karena secara tidak langsung, Kevin Kwan mengambil topik mengenai bagaimana etnis Cina menjalani kehidupannya. Dimulai dari sentimen bahwa orang Cina Daratan dianggap tidak sebaik Cina Perantauan, hingga ada perbedaan kasta antara Orang Kaya Lama dan Orang Kaya Baru. Berbagai macam tradisi pun dicoba oleh Kwan untuk dibenturkan. Menurutku, setidaknya novel ini memberikan gambaran lain akan orang-orang Cina.
Secara cerita, harus kuakui kalau Kwan tidaklah berfokus pada kehidupan Rachel dan Nick. Ia memasukkan juga cerita mengenai Eleanor--ibu Nick--yang segan setengah mati menerima Rachel sebagai calon menantu, pernikahan Colin Khoo dan Araminta Lee yang dinobatkan menjadi pernikahan paling mewah se-Asia, kehidupan rumah tangga Astrid dan Michael yang hampir di ujung tanduk, hingga kehidupan Su Yi, nenek Nick yang begitu berkelas. Jadi, mungkin agak membingungkan saat membaca novel ini karena begitu banyak tokoh yang muncul. Jalinan ceritanya pun terkesan acak dan membuat bingung.
Foto ala-ala oleh Puji. |
Kalau menurutku, novel-novel seperti Crazy Rich Asians ini keren dengan caranya sendiri. Meskipun mungkin banyak yang akan memrotes betapa tidak masuk akalnya novel ini. Tapi, bagiku, novel ini sudah cukup menarik untuk dibaca. Bahkan, buku keduanya membuatku penasaran setengah mati.
Meskipun demikian, harus kuakui aku sedikit kecewa dengan tipografi yang terdapat di novel ini. Padahal, terjemahannya sudah bagu menurutku. Sayang sekali masih tercetak beberapa tipografi yang aku temukan. Semoga kalau novel ini cetak ulang, dapat diperbaiki kembali.
Baiklah, sekian cuap-cuapku. Ku harap, aku bisa segera membaca buku yang kedua. Hoho.
3.5 bintang untuk ketabahan Astrid dan gilanya orang-orang ini.
Sincerely,
Puji P. Rahayu
Catatan tipografi:
"...dan aku menjadi sekretaris," protesAstrid (hlm. 15) --> "...dan aku menjadi sekretaris," protes Astrid
"Dia tampan sekali sekarang!" seruMrs. Lim. (hlm. 25) --> "Dia tampan sekali sekarang!" seru Mrs. Lim.
"Kau lihat kalung yg dikenakannya?" (hlm. 48) --> "Kau lihat kalung yang dikenakannya?"
Dia juga bisa menirukan secara bilian lagu 'My Way' dari Sinatra. (hlm. 54.) --> Dia juga bisa menirukan secara brilian lagu 'My Way' dari Sinatra.
yang mengucapkan selamat tinggal pada Astrud sambal menangis di Bandara Changi, (hlm. 76) --> yang mengucapkan selamat tinggal pada Astrud sambil menangis di Bandara Changi,
dan sebelum dia menyadarainya, mereka mengobrol selayaknya teman lama. (hlm. 93) --> dan sebelum dia menyadarinya, mereka mengobrol selayaknya teman lama.
Sejak malam dia menemukan pesam itu, (hlm. 99) --> Sejak malam dia menemukan pesan itu,
"Coba lihat! Kau cantik sekali!" seruRachel. (hlm. 126) --> "Coba lihat! Kau cantik sekali!" seru Rachel.
"Hei, tidak terlalu lama," geramWye Mun Riang. (hlm. 133) --> "Hei, tidak terlalu lama," geram Wye Mun Riang
Dia piker dia siapa? (hlm. 195) --> Dia pikir dia siapa?
"Mom, jangan menganalisa terlalu berlebihan." (hlm. 283) --> "Mom, jangan menganalisis terlalu berlebihan."
Dan dia menduga kelompok ini akan menganalisa jawaban apa pun yang diberikannya. (hlm. 294) --> Dan dia menduga kelompok ini akan menganalisis jawaban apa pun yang diberikannya.
melambaikan tangannya ke sekeliling hamar mewah tempat mereka berdiri. (hlm. 384) --> melambaikan tangannya ke sekeliling kamar mewah tempat mereka berdiri.
" Kau kedengaran ada di pihaknya," (hlm. 446) --> "Kau kedengaran ada di pihaknya,"
Be First to Post Comment !
Post a Comment