Resensi: Frederica karya Georgette Heyer

Frederica
Terkadang, hati dapat berubah sesuai dengan keadaan

Karya Georgette Heyer

4 dari 5 bintang

Sumber gambar: Goodreads
Waktu baca           : 27-29 Januari 2017
Penyunting            : Yuke
Penata aksara        : CDDC
Perancang sampul : Muhammad Usman
Penerjemah           : Reni Indardini
Penerbit                 : Noura Books
Tahun terbit           : 2016
Tebal buku            : 592 halaman
ISBN                     : 978-602-385-061-7
Buntelan dari Mbak Truly

Alverstoke menatap gadis itu penasaran. “Tidak adakah yang kau inginkan, Frederica?”
“Aku?” kata Frederica sambil mengernyitkan hidung. “Tentu saja ada! Misalnya saja, aku ingin Charis menuai perhatian publik—dan keinginan itu sudah tercapai! Selain itu—”
“Aku semestinya mengatakan, ‘keinginan untuk dirimu sendiri’,” potong Alverstoke.
Setelah kedua orangtuanya meninggal dunia, Frederica—putri sulung keluarga Merrivile—merasa bertanggung jawab mengurusi adik-adiknya. Apa pun akan Frederica lakukan agar mereka mendapatkan kehidupan yang layak. Bahkan demi memperkenalkan sang adik yang berparas jelita pada kalangan atas, Frederica nekat meminta bantuan sepupu jauhnya, sang bangsawan kaya yang terkenal dingin dan angkuh.
Lord Alverstoke masih hidup melajang di usianya yang matang karena sifatnya mudah bosan. Namun demikian, dia tak dapat menampik pesona kecantikan Charis, adik Frederica. Dia pun bersedia memperkenalkan Charis pada tamu-tamu yang terhormat dalam sebuah pesta dansa di kediamannya. Bahkan dia menyanggupi permintaan Frederica untuk menjadi wali atas adik-adiknya.
Mendapati kedermawanan Lord Alverstoke, Frederica berterima kasih sekaligus keheranan. Mengapa lelaki itu bersedia membantunya? Mungkinkah dia menaruh hati pada Charis? Atau dia hanya ingin membuat Frederica terkesan—seperti yang biasa dilakukannya terhadap perempuan-perempuan lain? Frederica tidak tahu bahwa di balik segala pertolongan Lord Alverstoke, ada rencana yang disusunnya. Sebuah rencana yang kelak mengubah pandangan lelaki itu terhadap cinta dan keluarga.
Informasi lebih lanjut dapat dibaca di:

Hore! Ini adalah buku bantal pertamaku di tahun 2017. Sebenernya, aku mendapatkan buku ini sejak dua bulan yang lalu. Tapi aku sengaja membawanya ke Malang sebagai bacaan untuk liburan. Meskipun terlihat melelahkan untuk membaca buku bantal, nyatanya aku malah senang saat membacanya.

Semenjak kedua orang tuanya meninggal, Frederica Merrivile memegang tanggung jawab sebagai nyonya rumah. Ia berusaha agar keluarganya tetap bahagia dan sejahtera. Mulai dari upayanya yang mencoba untuk menerbitkan Charis di sebuah pesta. Hingga, upayanya untuk memberikan pendidikan terbaik bagi kedua adiknya, Jessamy dan Felix. Maka dari itu, Frederica, dengan berat hati, mencoba untuk menghubungi Vernon Alverstoke, saudara jauh Keluarga Merrivile.

"Tiada yang membuat kita lebih dongkol selain menyadari bahwa kita memang salah." Frederica, hlm. 135.

Di sisi lain, Lord Alverstoke digambarkan sebagai seorang pria matang yang senang bermain perempuan. Meskipun berbagai macam perempuan seolah-olah melemparkan diri mereka padanya, nyatanya tidak seorang pun yang bisa menarik perhatian Alverstoke untuk dijadikan pendamping. Selain itu, Alverstoke juga dikenal sangat sombong dan menyebalkan. Bagi kedua saudaranya, Lady Buxted dan Lady Jevington, Alverstoke sering berlaku seenaknya. Sebagai pewaris utama Keluarga Alverstoke, Vernon memiliki kekayaan yang sangat besar. Maka dari itu, kedua saudaranya sering merecoki Alverstoke untuk sekadar mendapat tambahan uang.

Dengan keadaan yang demikian, nyatanya Frederica berhasil menarik hati Alverstoke. Alverstoke bersedia menerbitkan Charis. Bahkan, Alverstoke bersedia menemani Felix ke beberapa tempat yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Banyak yang menyangka kalau sikap Alverstoke ini ditujukan untuk merebut hati Charis. Nyatanya, ada hal lain yang dicoba untuk dicapai oleh Alverstoke. Dan itu bukan sekadar tentang Charis yang cantik dan menawan.
"Jika kau berketetapan untuk menjadi pendeta, yang bahaya ketika kau sok-sok menyalahkan orang lain karena tak sealim dirimu." Alverstoke, hlm. 291.
Kupikir, awalnya novel ini akan membosankan. Dengan tebal lebih dari 500 halaman, membuatku sedikit malas saat membacanya. Tapi, surprisingly, novel ini sangatlah mudah dicerna. Alur ceritanya memang biasa-biasa saja, tapi terasa mengalir dengan lancar. 

Well, setidaknya, aku jadi tahu mengenai kebiasaan orang Inggris sana di abad ke-19. Aku jadi kepo deh dengan budaya-budaya mereka. Banyak pesta, perjamuan makan, dan lainnya. Benar-benar membuatku tertarik untuk tahu lebih lanjut.

Sumber gambar: google, disunting oleh Puji
Meskipun Lord Alverstoke digambarkan menyebalkan, aku sangat menyadari bahwa apa yang dikatakan oleh Alverstoke benar. Ia telah membuat rasionalisasi dari apa yang akan ia perbuat. Karakter Frederica pun cukup bisa kusukai. Caranya dalam meminta tolong dan bersikap sebagai perempuan dewasa sangatlah natural dan terlihat nyata. Aku menyukainya. Mungkin, kalau aku ditanya siapa tokoh yang paling tidak kusukai, adalah Henry Merrivile. Ahh, dia ini terlalu impulsif dan tidak melihat keadaan. Menurutku, buang saja lah tokoh ini. Lol. 

Sejujurnya, aku juga tidak terlalu tahu mengenai genre roman klasik ini seperti apa. Akan tetapi, Georgette Heyer berhasil membuatku tertarik untuk membaca lebih jauh. Well, 500 halaman lebih ini nyatanya tidak membuatku bosan dan mengeriutkan dahi. Menurutku, mungkin karena Heyer berhasil menceritakan sesuatu senyata-nyatanya. Jadi, tidak terlalu berlebihan untuk diceritakan.

4 bintang untuk si buku berbunga.

Catatan typo
Selepas turun dari dari --> selepas turun dari (hlm. 153)
kakekku sayang --> kakakku sayang (hlm. 190)
2 comments on "Resensi: Frederica karya Georgette Heyer"
  1. Replies
    1. Wah, bisa banget kak untuk dicoba baca kalau tertarik dengan hisrom klasik. 😄

      Delete