Misteri Soliter by Jostein Gaarder | Book Review

Misteri Soliter
Filsafat dalam Setumpuk Kartu Remi

Aku tak mengerti bagaimana mungkin ada sesuatu yang muncul begitu saja dari ketiadaan. Hans Thomas, hlm. 239

By Jostein Gaarder
3.5 of 5 stars

Image source: goodreads.com
Judul asli           : The Solitaire Mystery/Kabalmysteriest
Penerjemah       : Utti Setiawari
Penyunting         : Esti A. Budihabsari
Proofreader       : Ine Ufiyaputri
Tahun terbit        : Januari 2016
Penerbit             : Mizan
Ilustrator isi        : Hilde Kramer
Desainer sampul : Andreas Kusumahadi
Tebal buku : 484 halaman
Pinjam dari teman sekamar.

Hans Thomas, 12 tahun, bersama sang ayah melakukan perjalanan ke Yunani untuk mencari sang ibu. Perjalanan panjang itu diwarnai kejadian-kejadian aneh. Seorang kurcaci memberi Hans Thomas sebuah kaca pembesar, seorang tukang roti memberikan sekerat roti berisi buku mini yang berkisah tentang pelaut yang terdampar di sebuah pulau; setumpuk kartu remi yang tiba-tiba hidup, dan seorang Joker yang nyaris tahu segala.

Siapakah mereka? Dan ke manakah mereka akan membawa Hans Thomas? Misteri Soliter adalah bacaan yang ditulis khusus bagi mereka yang ingin belajar filsafat tanpa harus berkerut kening. Kisah di dalam kisah, karakter yang mungkin nyata, mungkin pula tidak, masa lalu dan masa depan. Sebuah kisah yang menyajikan teka-teki dan eksplorasi kehidupan yang memukau.

Informasi lebih lanjut dapat dibaca di:

Sebenarnya, aku cukup penasaran dengan karya-karya Jostein Gaarder. Baiklah, sepertinya aku harus mengakui kalau aku belum berhasil membaca Dunia Sophie sampai selesai. Bukan. Bukan karena bukunya jelek atau apa. Akan tetapi, aku belum sanggup mencerna berbagai macam filsafat yang ditawarkan oleh Gaarder.

Cerita dalam cerita dalam cerita
Membaca Misteri Soliter, membuatku sadar, pasti cerita yang disajikan tidak akan pernah sederhana. Embel-embel filsafat melekat erat di buku ini. Tentunya, aku yang sudah berhasil membaca setengah bagian dari Dunia Sophie, dapat menebak kalau cerita di dalam buku ini akan membuat kita berpikir keras. Apa yang ditawarkan oleh Gaarder dengan tokoh-tokohnya.

Secara garis besar, ada dua cerita yang disampaikan oleh Gaarder. Pertama mengenai perjalanan Hans Thomas dan ayahnya ke Yunani untuk mencari ibunya. Sejak kecil, Hans Thomas telah ditinggal oleh ibunya. Selama delapan tahun, Hans Thomas menjalani kehidupan tanpa kasih sayang seorang ibu. Banyak yang menyatakan bahwa ibu Hans Thomas sedang berusaha mencari jati diri. Dalam perjalanan menuju Yunani, seorang bertubuh pendek memberikan sebuah kaca pembesar untuk Hans Thomas. Awalnya, Hans Thomas tidak mengetahui apa-apa mengenai kaca pembesar itu, Akan tetapi, pada akhirnya Hans Thomas mengerti kegunaan dari kaca pembesar yang diberikan oleh orang tersebut.

Tapi, kehadiran mereka menjelaskan bahwa aku bukan berada di negara yang tertera di peta mana pun. Itu sama seramnya dengan bertemu orang tanpa wajah. Hans Tukang Roti, hlm. 138.

Di sisi lain, ada cerita yang dituliskan di buku roti kadet. Cerita mengenai kisah Hans Si Tukang Roti. Ia menceritakan pada Albert bahwa ia pernah terdampar di sebuah pulau ajaib. Di sanalah Hans Si Tukang Roti bertemu dengan orang-orang yang memiliki identitas sendiri-sendiri. Mereka seperti setumpuk kartu yang hidup. Ada empat hati, lima keriting, raja sekop, dan juga tiga wajik. Well, di sana juga ada Joker yang selalu konyol dan nyentrik. Diceritakan pula kisah tentang hari joker dan perayaannya. Tentunya, soda pelangi juga tak akan ketinggalan.

Ide yang unik dan tidak biasa
Jujur saja, membaca novel dengan tema filsafat termasuk hal yang baru bagiku. Apalagi, filsafat bukanlah cabang ilmu pengetahuan yang terlalu aku dalami. Akan tetapi, terkadang aku kepo dengan cabang ilmu ini. Terlalu nyentrik dan bikin penasaran pembahasan-pembahasan yang ada. Lagipula, di dalam hatiku yang terdalam, aku ingin bisa memahami filsafat tapi dengan cara yang menyenangkan. Membaca novel bernapaskan filsafat menjadi satu hal yang aku pilih sebagai cara untuk mempelajari filsafat secara tidak langsung.

"Aku setuju bahwa itu misteri. Ada lima miliar orang yang hidup di planet ini. Tapi kau jatuh cinta pada satu orang tertentu, dan kau tidak akan menukarnya dengan orang lain." Pa, hlm. 141.

Meskipun demikian, terkadang aku kurang bisa menghubungkan antara satu cerita dengan yang lainnya. Maksudku, seolah-olah Gaarder sengaa membuat kebetulan dimana-mana. Menurutku, terkadang hal itu too much dan menjadi hambar saat dibaca. Bukan berarti aku tidak menyukai konsep yang Gaarder bawa, akan tetapi, terkadang memang terlalu banyak kebetulan yang diungkap meskipun ada penjelasannya secara filsafat.

Image source: here, edited by me.
Penampilan fisik si novel filsafat
Kalau aku dihadapkan dengan semua novel karangan Jostein Gaarder versi Indonesia, maka aku akan menyatakan bahwa sampul dari Misteri Soliter cukup menggugah rasa penasaranku. Aku suka dengan konsep sampulnya. Topi Joker menjadi salah satu pusat perhatian dan memang menegaskan inti cerita novel ini. Selain itu, perpaduan warnanya yang biru dan hijau cukup membuatku bersedia membaca novel ini dengan ceria.

Tebal novel ini pun menurutku pas. Tidak terlalu melelahkan dan ukuran huruf yang digunakan pun nyaman untuk dibaca. Menurutku, Mizan berhasil membuat penampilan fisik novel ini menjadi ciamik dan mudah dibaca.

Pada akhirnya, aku menyukai novel ini. Meskipun terkadang aku masih tidak setuju dengan kebetulan-kebetulan yang seolah dipaksakan, novel ini memberikan bentuk penyegaran untuk memahami filsafat dalam skala kecil.

3.5 bintang untuk Joker yang selalu ceria.


Be First to Post Comment !
Post a Comment