Penari Kecil by Sari Safitri Mohan | Book Review

Penari Kecil
"Kita nggak perlu kaya raya untuk bahagia." --Tamara, hlm. 347.

By Sari Safitri Mohan
3.5 of 5 stars

Image source: Goodreads.com
Editor              : Donna Widjajanto
Desain sampul : Eduard Iwan Mangopang
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit     : Februari 2013
Tebal buku      : 384 halaman
ISBN               : 978-979-22-9158-2
Genre              : Drama, roman
Harga buku  : Rp25.000,- di TM Bookstore, Depok Town Square

Ira anak bungsu Ibrahim, pengusaha tailor yang galak dan keras. Berbeda dengan si sulung yang selalu patuh, sejak kecil Ira tetap berusaha mematuhi peraturan atau larangan sang ayah tapi dengan sedikit “penyesuaian” di sana-sini demi tetap mendapatkan yang ia mau.

Larangan sang ayah ditujukan pada kecintaan Ira menari, perkawanannya dengan teman lelaki, hingga larangan yang berbenturan dengan apa yang begitu diingini Ira. Bagaimana Ira menjalani hidup dengan semua kungkungan dan larangan ayahnya? Dapatkah akhirnya Ira menari sesuai dengan musik pengiring yang diingininya sendiri?

Penari Kecil memasukkan benturan nilai-nilai tradisional dengan nilai-nilai modern, cinta anak pada orangtua, dan unsur-unsur kemanusiaan universal.
 

Informasi lebih lanjut dapat dibaca di:

Novel yang cukup mengejutkan. Aku sama sekali tidak menyangka kalau novel ini memiliki daya tarik tersendiri. Awalnya, aku berpikir bahwa novel ini sekadar novel roman biasa. Nyatanya, berbagai nilai moral dipertentangkan dalam novel ini. Tak heran bila banyak yang menyatakan bahwa novel ini kaya akan nilai moral dan pembelajaran.

Bagi Ira, Papa adalah sosok yang begitu keras. Perkataan beliau tidak akan pernah bisa dibantah. Apapun yang Papa katakan, sudah menjadi semacam titah yang harus dijalankan. Lambat-laun, Ira mencoba untuk memberontak dengan segala aturan Papa. Mulai dari pilihan sekolah, hingga persoalan cinta. Ira berhasil melakukan berbagai kompromi dengan segala aturan yang dibuat Papa. Meskipun begitu, Ira tetaplah anak yang berbakti. Ia tetap mengingat Papa meskipun Ira tahu, kalau, Papa kecewa terhadap dirinya. 

Saat menari, aku merasakan munculnya kebahagiaan berlipat-lipat dari tubuhku. Aku bisa lupa segala hal di sekelilingku. Aku tak ingat lagi kemarahan-kemarahan Papa. Lupa dengan ketegangan-ketegangan di rumah. Dan semua alasan itu membuatku jatuh cinta pada menari--Ira, hlm. 55.

Sejak kecil, Ira mencoba untuk menghindari kemarahan Papa. Terlahir sebagai anak bungsu, Ira sudah lebih mengetahui bagaiman perlakuan Papa terhadap anaknya. Setiap tindakan salah yang dilakukan oleh Intan--kakak Ira, Ira mencoba untuk menghindarinya. Sebisa mungkin, Ira mencoba untuk jadi anak yang tak suka cari masalah. 

Pada saat Ira akan masuk perguruan tinggi, sifat pemberontak Ira mulai muncul. Ia bersikeras untuk memilih jurusan tari dibandingkan akuntansi. Kemudian, di saat ia kuliah pun, Ira menjalin hubungan dengan Bayu, laki-laki yang tidak akan pernah direstui Papa karena beda agama. Menurut apa kata Papa, akhirnya Ira memutuskan Bayu.

Beberapa tahun berlalu, Ira mendapatkan kesempatan untuk belajar menari di Amerika. Di negeri Paman Sam itulah Ira menemukan cinta sejatinya. Cintanya yang juga terlarang karena aturan yang telah dibuat Papa. Tetapi kali ini, Ira bertekad untuk mempertahankannya.

Image source: here, edited by me.
Sari Safitri Mohan. Jujur saja ini pertama kalinya aku membaca novel karya Saftri Mohan ini. Awalnya, aku tidak berekspektasi apa-apa terhadap novel ini. Toh, aku hanya tertarik dengan blurb di belakang novel. Ternyata, aku malah terkejut dengan cerita yang Safitri Mohan sajikan. Betapa rumitnya kehidupan Ira. Mulai dari keluarga, hingga kisah cintanya. Safitri Mohan berhasil menggambarkan kehidupan Ira dengan baik.

Dari novel ini, banyak sekali hal yang dipertentangkan. Mulai dari nilai-nilai kesopanan, moral, hingga agama. Kupikir, cerita dalam novel ini sekadar membahas kehidupan cinta Ira yang tidak setuju. Nyatanya, novel ini membahas salah satu isu yang paling sensitif dalam percintaan, yakni cinta beda agama. Aku cukup terkejut dengan premis ini. Meskipun begitu, Safitri Mohan mencoba untuk menggiring cerita Ira menjadi sederhana dan mengena.

"Kita nggak perlu kaya raya untuk bahagia. Yang kita butuhkan sebenarnya cuma rasa peduli orang pada kehadiran kita di dunia. Kepedulian akan kehadiran kita. Itu sudah lebih dari cukup." Tamara, hlm.347.

Akan tetapi, aku cukup tidak mengerti akhir ceritanya. Bagaimana mungkin James memutuskan untuk pindah agama tanpa alasan yang kuat. Maksudku, dalam novel ini, James seolah-olah digambarkan pindah agama karena jatuh cinta pada Ira. Menurutku, alasan ini kuranglah valid. Kalau memang James bisa goyah dari keyakinnya, seharusnya ada alasan yang jauh lebih kuat dari itu. Tapi ini subjektif dari pemikiran aku.

Selain itu, tanpa sadar novel ini berusaha untuk memperjuangkan feminisme. Secara gamblang, Ira merupakan sosok perempuan yang tidak ingin dirinya dipandang remeh. Maka dari itu, ia mencoba untuk membuktikan diri dengan menari. Aku kagum dengan kerja keras yang Ira lakukan. Ia benar-benar berusaha untuk membuktikan diri.

Meskipun Ira banyak melakukan pemberontakan terhadap aturan Papa, Ira tetap menghormati Papa. Ia berusaha untuk menuruti semua permintaan Papa dengan caranya. Sampai akhir hayatnya, Papa tetap menjadi idola bagi Ira.

Bagiku, novel ini tidak mengecewakan. Bahkan, akan sangat menarik untuk dibaca.

3.5 bintang untuk sosok Papa yang luar biasa.




Be First to Post Comment !
Post a Comment