Gloomy Gift by Rhein Fathia | Book Review

Gloomy Gift
"Karena setiap orang membutuhkan kambing hitam untuk penderitaan yang dirasakan. Bukankah menyedihkan ketika kamu menderita dan tidak tahu harus menyalahkan siapa?" Zeno, hlm. 155.

By Rhein Fathia
3 of 5 stars

Image source: goodreads.com
Penyunting             : Pratiwi Utami
Perancang Sampul : Wahyudi
Pemeriksa Aksara  : Septi Ws
Penata Aksara        : Gabriel_sih
Penerbit                  : Bentang Pustaka
Tahun Terbit          : Maret 2015, cetakan pertama
Jumlah Halaman    : 284 halaman
ISBN                      : 9786022910893
Hadiah dari Kak Ren Puspita (Ren's Little Corner)


Kupandangi kamu dengan wajah memelas. Berharap kamu mau menyingkap apa yang sedang kita alami sekarang. Kamu tetap pada pendirianmu, bungkam. Pura-pura tak ada hal besar yang baru saja terjadi.



Bagaimana mungkin semua baik-baik saja? Di hari pertunangan kita, segerombolan orang menyerbu rumah. Tembakkan diletuskan. Peluru. Jeritan orang-orang. Dan, kamu membawaku kabur masih dengan kebaya impian yang kini terasa menyiksa dipakai di saat yang tak sepantasnya.

Hari yang seharusnya bahagia, menjelma tegang dan penuh tanya. Kenapa kita harus lari? Belum cukupkah aku mengenalmu sejauh ini?


Aku tak siap menyambut kenyataan. Tak siap jika harus kehilangan. Tak kuat menahan rasa takut yang berkepanjangan.


***
Sebenarnya, aku dulu sempat tertipu. Awalnya, kukira novel ini hanyalah novel roman biasa. Akan tetapi, setelah aku membaca sinopsisnya, aku kaget. Wow. Ada yang mengangkat tema agen rahasia. Yeay. Aku senang dan tertarik untuk membeli. Yaa, berhubung kebutuhan finansial untuk ini-itu banyak--padahal masih kuliah :3--akhirnya nggak kebeli, deh. Untungnya, aku bisa mendapat novel ini dari Kak Ren sebagai hadiah. Ahh, makasih ya kakak :*


First Impression
Kisah agen rahasia yang pernah kubaca itu cuma Fay's Adventure Series sama karyanya Luna Torashyngu. Referensiku teenlit banget, ya? Jadi, aku sedikit excited waktu tahu kalau novel ini mencampurkan tema roman dengan spionase. Aku jadi tambah kepo dengan jalan cerita novel ini.

Kadang kala selembar foto bisa menjadi benda mengerikan, hanya karena kemampuannya menghadirkan sosok yang sudah tiada menjadi ada.

The Appearance
Jujur, aku tertipu dengan sampulnya. Kupikir hanya sekadar cerita orang mau nikah. Yaa, salahkan aku yang tidak melihat detail pistol yang dibawa. Haha. Kalau menurutku sih, menarik banget sampulnya. Cukup menggambarkan ceritanya. Font yang dipakai pun juga pas. Intinya sih, bagus lah dan menarik mata. Aku suka.

The Summary
Zeno dan Kara melakukan pertunangan. Rencananya, tiga bulan kemudian mereka akan menikah. Sayangnya, pada saat pertunangan, tiba-tiba saja ada yang menyerang rumah Kara. Mereka membawa senjata api dan mengincar Zeno dan Kara. Jadilah keduanya mencoba melarikan diri. Kara yang tidak tahu apa-apa diliputi kewaspadaan yang cukup nyata. Apalagi, Zeno sama sekali enggan memberitahu Kara apa yang sebenarnya terjadi.

Zeno Ramawijaya. Anak pertama dari Garin Ramawijaya, mantan Jenderal TNI Angkatan Darat. Ia juga merupakan ketua dari organisasi rahasia Save Your Life, SYL. Organisasi yang bergerak di bidang investigasi kasus-kasus tertentu yang memang membutuhkan penanganan lebih lanjut. Satu kasus yang melibatkan Zeno dengan Lintang Samudera, membuat Zeno diincar oleh Richard--pimpinan dari Lintang Samudera. Berbagai cara dilakukan oleh Richard untuk memburu Zeno. Salah satunya adalah dengan mengacaukan pertunangan Zeno dan Kara.

Pada akhirnya, Zeno dan Kara harus melakukan pelarian dan menunggu supaya keadaan aman. Sayangnya, di tengah-tengah pelarian tersebut, Kara merasa tersakiti oleh sikap Zeno yang menyembunyikan jati dirinya. Belum lagi, Kara memiliki trauma mendalam mengenai pekerjaan-pekerjaan yang menyerempet bahaya.

Image Source: here, edited by me

"Konon, setiap anak perempuan selalu mencari sosok suami yang mirip ayahnya." Zeno, hlm. 95.

The Point of View, Setting, and Plot
Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut pandang orang ketiga. Sebagian besar memang berfokus pada sudut pandang dari sisi Kara. Sesekali memang berganti fokus pada Zeno maupun Ibu Kara. Menurutku, sudut pandang yang digunakan sudah pas. Karena, bila menggunakan sudut pandang orang pertama, akan sulit merangkum detail-detail pemikiran musuh. 

Latar yang digunakan adalah Bogor dan Jakarta. Rumah Kara memang terletak di Kota Hujan itu. Sedangkan, kebanyakan rumah dan apartemen Zeno berada di Jakarta. Selain kedua kota tersebut, Rhein Fathia juga menggunakan Bandung sebagai salah satu latar tempat yang digunakan. Yaa, memang cukup masuk akal sih kalau memakai Kota Jakarta sebagai latar tempat. Tentunya, berbagai macam bisnis yang mempengaruhi ekonomi Indonesia terletak di kota tersebut.

Alur yang digunakan adalah alur maju. Menceritakan pertunangan Zeno dan Kara hingga proses pelarian Zeno dan Kara. Sesekali memang menyinggung masa lalu tokoh. Seperti masa kecil Zeno dan trauma yang dialami oleh Kara.

The Opinion
Menurutku, cerita di Gloomy Gift ini menarik. Tema action yang diambil membuat novel ini menjadi tidak biasa. Yaa, sebagaimana yang kita tahu, kebanyakan novel roman Indonesia itu hanya sekadar novel roman. Jarang dibumbui yang aneh. Ehh, patut diingat. Selama eksistensiku membaca novel roman Indonesia, ya. Kalau ada kasih tahu doong. Hehe.

Duuh, posisi tanganku kok
nggak proper gitu???
Sayangnya, menurutku masih ada beberapa kekurangan dalam novel ini. Pertama, aku merasa kalau penyelesaian kasus Lintang Samudera ini terlalu cepat. Di bagian akhir, terasa sekali kalau alur novel ini jadi sangat cepat. Bahkan cenderung tergesa-gesa. Seandainya saja eksekusinya lebih smooth, mungkin bisa menghasilkan akhir yang lebih baik. Kedua, aku nggak tahu sih, tapi aku merasa informasi Dhewa yang menyukai Kara dan Violet yang menyukai Zeno itu tidak terlalu berguna. Maksudku, tidak ada lanjutannya bagaimana perasaan mereka. Kok terkesan hanya disentil begitu saja. Ketiga, adanya inkonsistensi dari GPS yang ada di ponsel Kara. Aku masih ingat kalau Zeno sudah sadar akan kemungkinan posisi mereka terlacak dari ponsel Kara, tapi Zeno malah menyerahkan ponsel tersebut ke Kara dan nggak khawatir selanjutnya. Tentu aneh, dong. Seharusnya, kemungkinan ini sudah disadari Zeno dari awal. Menurutku loh yaa.

Sometimes, love is about facing your biggest fear.

The Last Impression
Terlepas dari kejanggalan yang aku sadari, aku cukup puas dengan novel. Yaa, meskipun sebel sih sama akhirnya. Menurutku, usaha Rhein Fathia dalam mengeksekusi cerita spionase ini cukup berhasil. Bahkan, gaya tulisannya lumayan aku sukai. Mungkin, nanti kalau ada karya dari Rhein Fathia lagi aku akan membacanya :)

The Conclusion
Nah, kalau kamu mencari novel bertema roman yang tidak biasa, kamu bisa mencoba membaca Gloomy Gift. Rasakan ketegangannya.
3 bintang untuk sikap Dhewa yang childish tapi tetep keren.



Be First to Post Comment !
Post a Comment