Evergreen by Prisca Primasari | Book Review

Evergreen
Hidup itu sangat berharga

By Prisca Primasari
4 of 5 stars

Image source: goodreads.com
Penyunting                            : Anin Patrajuangga
Penata Isi                              : Lisa Fajar Riana
Desain Sampul dan Ilustrasi : Lisa Fajar Riana
Penerbit                                 : Grasindo
Tahun Terbit                          : 2013
Tebal Buku                            : 203 halaman
ISBN                                     : 9786022510864
Baca via iJakarta

Konichiwa! Selamat datang di Evergreen, kafe es krim penuh pelayan baik hati, lagu The Beatles akan melengkapi hari-harimu. Tempat yang menghangatkan, bahkan bagi seorang gadis pengeluh dan egois sepertimu, Rachel!


Di kafe itu, kau menemukan sebuah dunia baru, juga pelarian setelah dipecat dari pekerjaanmu. Menurutku itu bagus! Apa enaknya sih kerja jadi editor?



Namun, sebenarnya butuh berapa banyak kenangan dan sorbet stroberi untuk mengubah sifat egoismu? Atau yang kau butuhkan sebenarnya hanya kasih sayang? Mungkin dariku, si pemilik kafe? Hmmm?



***

Halo! Ah, aku senang sekali akhirnya bisa membaca Evergreen. Seingatku, Evergreen merupakan salah satu novel yang masuk rak to-read di akun Goodreadsku. Sebenarnya, aku sudah pernah membaca karya Prisca Primasari sebelumnya. Novel Kak Prisca yang pernah aku baca itu Eclair dan Paris. Jujur saja, aku jadi penasaran sebenarnya, apakah Kak Prisca memang penulis yang memiliki spesialisasi menulis berdasar latar tempat. Ketiga novel yang aku baca ini semuanya mengambil latar tempat di luar negeri. Mulai dari Eclair yang bertempat di Rusia, lalu Paris yang bertempat di Perancis, dan Evergreen yang mengambil tempat di Jepang.


Evergreen merupakan sebuah kafe yang menyediakan eskrim dan makanan lainnya di Tokyo. Adalah Rachel,  seorang editor novel misteri yang dipecat dari pekerjaannya. Ia mengalami frustrasi yang sedemikian rupa hingga bermaksud untuk melakukan bunuh diri--aku lupa bahasa jepangnya :( Di tengah-tengah kegalauannya yang sampai membuat sahabat-sahabatnya meninggalkannya, Rachel berkunjung ke Evergreen. Di sana, ia bertemu dengan orang-orang yang pada akhirnya dapat mengubah hidupnya.

"Makanan yang dibuat dengan hati senang akan terasa lebih berkesan,"

Dimulai dari Yuya, pemilik kafe yang memiliki penampilan unik. Lebih suka menjaga kasir dibandingkan memasak. Ia juga dikagumi oleh hampir semua pengunjung kafe, meskipun pada dasarnya Yuya setengah mati terhadap bebek. Kemudian, ada pula Gamma, Fumio, dan Kari. Ketiganya merupakan karyawan di Evergreen. Masing-masing, memiliki permasalahan sendiri. Selain itu, ada pula Toichiro, si pelanggan tetap di Evergreen. Ia akan pulang pada saat kafe akan tutup. Meskipun berbagai masalah dipendam oleh masing-masing orang yang ada di Evergreen, mereka tetap melayani pelanggan dengan suka ria. Bahkan, membuat Rachel bertanya-tanya, apa rahasia mereka sebenarnya?

"Aku tersenyum karena tidak ingin menangis."

Pertama kali aku melihat sampul dari novel ini, aku suka banget. Konsepnya sederhana tapi begitu cantik. Bodohnya, aku dulu tidak menyadari ada tulisan jepang yang tersemat di atas judul novel ini. Haha. Jadinya, aku baru tahu kalau novel ini mengambil latar di Jepang. Lalu, aku juga suka warna sampulnya, menenangkan kalau dilihat.

Bisa dikatakan kalau novel ini lebih banyak menceritakan kehidupan tokoh-tokohnya. Jadi, bukan kisah romannya yang ditonjolkan. Jujur saja, aku tersentuh pada saat membaca kisah Fumio dan Toshi. Aku bisa merasakan kesedihan Fumio karena Toshi semakin hari semakin melupakan kenangan yang mereka miliki. Aku bersumpah air mataku hampir menetes :( Seandainya saja, ada akhir yang lain untuk Toshi :(

Pada awalnya, aku kesal dengan Rachel. Dia ini terlalu meratapi hidupnya. Padahal, kalau dia sadar dengan cepat, dia tidak akan menyia-nyiakan waktu yang ia miliki. Tapi akhirnya, aku menyukai perkembangan karakter Rachel. Akhirnya, aku bisa menyukai Rachel karena akhirnya sifat perhatian dan pedulinya kembali. Ohh, tentu saja aku juga menyukai karakter Yuya. Di balik sifat menyebalkan dan cueknya itu, dia memang menyimpan suatu hal yang lain. Ahh, menyenangkan sekali bila bisa bertemu orang seperti Yuya.
Image source: here, edited by me
Sayangnya, aku menemukan beberapa hal yang boleh kubilang menjadi kekurangam Evergreen. Pertama, ukurang dan jenis font yang digunakan memang mengganggu. Dalam artian, terlalu kecil. Tambahkan pula dengan keadaanku yang harus membaca ebook. Menurutku, ukuran dan jenis fornt yang digunakan memang membuat aku kurang nyaman membaca novel ini. Kedua, ada kesalahan EyD di dalam novel ini. Misalnya, kata 'telanjur' ditulis 'terlanjur' dan kata 'risiko' ditulis 'resiko'. Memang sih hanya satu-dua kata, tapi aku agak gimanaa gitu bacanya. Terakhir, memang pada akhirnya pertanyaan Rachel terjawab. Seperti alasan kenapa Yuya menamai kafe itu Evergreen atau alasan Fumio bisa tersenyum tulus tanpa beban. Nyatanya, ada satu pertanyaan yang selip--atau aku yang bacanya kurang teliti? Yakni, alasan orang tua Yuya meninggal. Sepertinya, hal ini luput dan belum dijelaskan oleh Kak Prisca.

Terlepas dari kekurangan yang disebutkan di atas, aku tetap menyukai Evergreen. Aku bisa merasakan emosiku yang teraduk-aduk karena membaca novel ini. Tentunya, aku sama sekali tidak menyesal meminjam novel ini di iJak.

4 bintang untuk perilaku Yuya yang menyenangkan.


Be First to Post Comment !
Post a Comment