Dari Ave Maria Ke Jalan Lain Ke Roma by Idrus | Book Review

Dari Ave Maria Ke Jalan Lain Ke Roma
"Lebih baik menulis kebenaran satu halaman dalam sebulan daripada membohong berpuluh halaman dalam sehari."--Ishak.

By Idrus
2 of 5 stars

Image Source: Goodreads.com
Penerbit               : Balai Pustaka
Tahun Terbit        : 1948
Jumlah Halaman  : 176 halaman
ISBN                    : 9794072184
Baca daring melalui perpustakaan digital.


Novel ini berisi sekumpulan cerita yang tidak saling berhubungan tetapi memiliki setting yang sama, yaitu masa perjuangan Indonesia yang berkisar sekitar pendudukan Jepang sampai kedatangan Sekutu. 


Berikut beberapa judul yang ditulis oleh Idrus, yaitu Ave Maria, Kejahatan Membalas Dendam, Kota Harmoni, Jawa Baru, Pasar Malam Jaman Jepang, Sanyo, Fujinkai, Oh..oh..oh..!, Heiho, Kisah Celana Pendek, Surabaya, dan Jalan Lain ke Roma. 


***

Ini adalah pertama kalinya saya membaca novel terbitan Balai Pustaka. Ya, sebut saja saya ini terlambat membaca buku-buku ini. Dulu, dalam pikiran saya, membaca novel sastra Indonesia klasik pasti akan melelahkan. Bahasa yang terlalu berbeda hingga topik yang diangkat yang saya tidak mengerti. Akan tetapi, suatu hal menyadarkan saya kalau saya penasaran dengan karya-karya besar para sastrawan Indonesia.


Berawal dari usaha saya untuk mendaftar di storial, tiba-tiba saja muncul tautan menuju perpustakaan digital. Awalnya, saya merasa tidak tertarik untuk membacanya, akan tetapi, rasa penasaran tiba-tiba saja menghinggapi saya dan pada akhirnya, saya pun mulai membaca. 

Sebenarnya, tanpa alasan khusus saya memilih Dari Ave Maria Ke Jalan Lain Ke Roma untuk saya baca pertama. Saya tertarik dengan judulnya. Kemudian, pada saat saya mencari resensi dari novel ini di goodreads, semangat saya sedikit turun karena tahu bahwa novel ini adalah bentuk sekumpulan cerita. Tentunya, saya lebih berharap kalau Dari Ave Maria Ke Jalan Lain Ke Roma ini berupa novel utuh. Apalagi, sampul dari novel yang diterbitkan Balai Pustaka ini menurut saya kurang menarik hati. Bagi saya, sampul tersebut lebih seperti sampul buku religi yang sudah usah. Akan tetapi, pada akhirnya saya abaikan rasa kekecewaan saya dan mulai membaca.

Jadi, ada beberapa judul yang ditulis oleh Idrus dalam novel ini. Yakni, Ave Maria, Kejahatan Membalas Dendam, Kota Harmoni, Jawa Baru, Pasar Malam Jaman Jepang, Sanyo, Fujinkai, Oh..oh..oh...!, Heiho, Kisah Celana Pendek, Surabaya, dan Jalain Lain Ke Roma. Dari kedua belas cerita tersebut, yang tertangkap perhatian saya adalah Kejahatan Membalas Dendam dan Ave Maria. Oh, mungkin satu lagi, Jalan Lain Ke Roma. Ketiga cerita ini menurut saya ceritanya sederhana dan mengena. Tidak terlalu bertele-tele dan saya paham maksudnya.

Image Source: here, edited by me
Kejahatan Membalas Dendam mengisahkan tentang Ishak, seorang pengarang yang memutuskan pergi setelah dikritik oleh Sukroso--atau yang dikenal dengan Pak Orok. Padahal, ada Sutilawati yang begitu mencintai Ishak. Sukroso--yang ternyata merupakan ayah Sutilawati, tidak senang dengan fakta bahwa anaknya menyukai Ishak. Maka dari itu, ia meminta tolong Perempuan Tua untuk memisahkan keduanya. Sayangnya, Perempuan Tua itu menolak.

"Menolong selalu aku mau, tetapi sekarang aku hendak membangunkan. Aku tidak mau merusakkan lagi."--Perempuan Tua.

Kemudian, Dari Ave Maria menceritakan tentang kehidupan Zulbahri yang dikhianati istrinya. Agak sedih juga saat membaca cerita ini. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Zulbahri saat tahu istrinya dan adiknya saling mencintai. Lalu, untuk Jalan Lain Ke Roma mengisahkan Open, seorang guru yang punya kepribadian sangat terbuka. Dari cerita ini pula, saya belajar bahwa keterbukaan bukanlah suatu hal yang benar-benar dapat dilakukan setiap saat. Harus ada pembeda antara keterbukaan dengan mengumbar hal-hal yang tidak baik.

Sedangkan untuk kesembilan cerita yang lain, entahlah. Saya merasa tidak mendapatkan chemistry saat membacanya. Ada kisah yang terlampau pendek, ada pula yang panjang. Saya ambil contoh cerita Surabaya. Cerita tersebut lumayan panjang. Yang membuat saya merasa tidak pas dengan cerita ini adalah kurang jelasnya alur. Saya tidak mengerti sebenarnya penulis ingin menceritakan apa dalam cerita ini. Bahkan, terkesan banyak sekali cerita yang terdapat dalam Surabaya. Sehingga, inti ceritanya tidak fokus. Lalu, untuk cerita yang terlampau pendek, terkadang membuat saya mengernyitkan dahi. Maksudnya apa?

Akan tetapi, satu hal yang harus saya akui, saya memang tidak pandai mengartikan sastra lama. Mungkin saja apa yang kurang di mata saya, itu disebabkan oleh ketidakmengertian saya akan tata bahasa dan latar yang digunakan. Meskipun demikian, saya bangga bisa membaca novel ini dan mengenal tulisan Idrus. Saya senang akhirnya bisa membaca novel yang judulnya sudah sering saya dengar semenjak saya kecil.

2 bintang untuk kisah Satilawati dan Ishak yang saya sukai serta Minuet in G yang tiba-tiba muncul di Ave Maria.


1 comment on "Dari Ave Maria Ke Jalan Lain Ke Roma by Idrus | Book Review"
  1. Terimakasih atas postnya sangat bermanfaat. Mari mampir juga ke blog saya https://blog.ppns.ac.id/tl/lukmankhakim/

    ReplyDelete