Interlude
"Jangan pernah pergi dari sisiku, oke? Selamanya.Aku juga tidak akan behenti jadi lautmu. Selamanya."--Kai Risjad.
By Windry Ramadhina
5 for 5 stars
Source: here |
Proofreader : Widyawati Oktavia
Penata Letak : Gita Ramayudha
Desain dan Ilustrasi Kaver : Levina Lesmana
Penerbit : Gagasmedia
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2014
Tebal Halaman : 380 halaman
ISBN : 9789797807221
Hanna,
listen.
Don’t cry, don’t cry.
The world is envy.
You’re too perfect
and she hates it.
Aku tahu kau menyembunyikan luka di senyummu yang retak. Kemarilah, aku akan menjagamu, asalkan kau mau mengulurkan tanganmu.
“Waktu tidak berputar ulang. Apa yang sudah hilang, tidak akan kembali. Dan, aku sudah hilang.” Aku ingat kata-katamu itu, masih terpatri di benakku.
Aku tidak selamanya berengsek. Bisakah kau memercayaiku, sekali lagi?
Kilat rasa tak percaya dalam matamu, membuatku tiba-tiba meragukan diriku sendiri. Tapi, sungguh, aku mencintaimu, merindukan manis bibirmu.
Apa lagi yang harus kulakukan agar kau percaya? Kenapa masih saja senyum retakmu yang kudapati?
Hanna, kau dengarkah suara itu? Hatiku baru saja patah….
***
Seperti apa yang telah dinyatakan oleh Windry Ramadhina, Interlude merupakan novel yang berbeda dari novel-novelnya sebelumnya. Istilahnya, lebih dewasa gitu kali, ya (?). Aku nggak tahu harus ngegambarinnya kayak apa. Yang pasti, aku sudah jatuh cinta dengan Interlude sejak membacanya pertama kali.
Hanna, seorang mahasiswi jurnalistik yang punya masa lalu kelam. Karena masa lalunya itu, Hanna merasa dirinya tidak berguna lagi. Bahkan, terkadang ia ingin menjadi buih yang akan hilang ditelan gelombang laut. Layaknya cerita si Putri Duyung kecil.
"Aku ingin seperti dia. Terkadang, saat tidak tahan lagi dengan semua ini, aku berharap bisa membenamkan diri di laut dan tidak muncul lagi ke permukaan." -- Hanna.
Kai Risjad, seorang pemuda yang kehilangan tujuan hidupnya. Masalah keluarganya yang cukup pelik membuatnya pesimis akan hidup. Kuliah ia tinggalkan. Bermain band pun karena ia mau bukan karena passion. Bermain perempuan juga jadi salah satu hal yang ia lakukan.
Hanna dan Kai. Dua orang yang sama-sama tidak sempurna. Dua orang yang punya celah di diri masing-masing. Bertemu di atap apartemen. Membuat keduanya sadar, "dia menarik." Menarik dengan cara mereka sendiri. Pertemuan-pertemuan mereka yang sederhana dan juga rasa ingin tahu dari masing-masing pihak, membuat mereka pada akhirnya jatuh cinta. Tapi, masa lalu yang dibawa, tetap menjadi batu sandungan bagi hubungan mereka.
Aku suka cerita ini. Ceritanya begitu rapi dan alurnya mengalir dengan lancar. Cerita Hanna dan Kai bagiku seperti cerita yang manis. Pasangan yang manis tapi tidak sampai membuatku ngilu. Karakter mereka menarik. Menurutku, mereka saling melengkapi dengan cara mereka sendiri.
"Kalau begitu, biar aku jadi lautmu. Aku akan membantumu meluruhkan semua cela itu." -- Kai.
Hanna dan Kai mencoba saling menyembuhkan satu sama lain. Meskipun mereka tahu, mereka bukan orang biasa. Mereka penuh luka dan penuh dosa. Tetapi, akhirnya mereka mengerti, bahwa mereka memiliki jalan mereka sendiri.
Akhir yang manis waktu membaca cerita ini. Interlude membuat aku tersenyum sendiri. Sepertinya, aku terlanjur jatuh cinta pada Kai--I am sorry. I just couldn't handle to fall for a bad boy like Kai. Aku menyukai karakter sok tapi manis seperti Kai. Eits, ini masalah selera aja sih.
Selain Kai dan Hanna, novel ini juga membahas hubungan antara Jun, Gitta, dan Ian. Mereka adalah anggota Second Day Charm--band yang juga digeluti oleh Kai. Menurutku, komposisi cerita di Interlude sudah pas. Aku saja sampai bingung mau bilang apa waktu baca ini. Saking bagusnya, aku tak bisa berkata apa-apa. Puas banget bacanya.
Apalagi, kaver Interlude itu menarik. Beda dari kaver novel gagasmedia sebelum-sebelumnya. Terlihat misterius dan sempat membuatku bertanya-tanya, kira-kira novel ini tentang apa, ya? Akhirnya, rasa penasaranku terjawab dan aku sama sekali tidak kecewa.
Source: here. edited by me |
Tetapi, bagaimanapun pasti ada hal yang kukeluhkan dari novel cantik ini. Aku agak tidak setuju dengan deskripsi kepintaran Kai. Sebagai orang yang berada di satu kamar yang sama dengan mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, aku tahu IPK sempurna di fakultas bermakara merah itu sangat sulit dapat. Bahkan, mendapat IPK di atas 3.5 saja susahnya minta ampun. Temenku aja mengais-ngais nilai biar tetap cumlaude. Jadi, agak kurang nyata aja kalau IPK Kai bisa sampai 4. Bahkan, kakak tingkatku yang peraih IPK tertinggi di FH UI saja, IPKnya berkisar di angka 3.8.
Sudah-sudah. Sepertinya demikian saja yang bisa aku ungkapkan soal Kai dan Hanna. Aku suka kisah mereka dan aku siap untuk baca lagi dan lagi. Kalau kamu suka cerita yang ringan dan menyentuh, Hanna dan Kai bisa jadi teman baik kalian.
Aku juga memberikan 5 dari 5 bintang untuk novel ini, kak. Apa yaa? Puas banget rasanya. Dari part tergelap sampai part termanisnya Hana-Kai bisa aku nikmati. Speechless pokoknya! Ini novel pertama mbak Windry yg aku baca, sekaligus bikin aku jatuh cinta dg novel beliau yg lainnya. Jatuh cinta dg tokoh cowoknya juga hihiii
ReplyDeleteSalah satu karya terbaik Kak Windry kalau menurutku :)
Delete