If I stay (Jika Aku Tetap Di Sini) by Gayle Forman | Book Review

If I Stay
(Jika Aku Tetap di Sini)

“…Aku sanggup kehilangan kau seperti itu asalkan aku tidak perlu kehilangan dirimu hari ini. Aku akan melepaskanmu. Jika kau tetap hidup.”—Adam

By Gayle Forman
2.5 for 5 stars

Penerbit                      : Gramedia Pustaka Utama
Tebal halaman           : 199 halaman
Tahun terbit               : Februari 2015, Cetakan kedelapan
ISBN                            : 978-602-03-1322-1

She has to choose between survive and let the deadness take her.


Mia memiliki segalanya: keluarga yang menyayanginya, kekasih yang memujanya, dan masa depan cerah penuh musik serta pilihan. Kemudian, semua itu terenggut darinya.

Terjebak antara hidup dan mati, antara masa lalu yang indah dan masa depan yang tidak pasti. Mia menghadapi satu hari penting ketika ia merenungkan satu-satunya keputusan yang masih dimilikinya—keputusan terpenting yang akan pernah dibuatnya.

Review:
Hem. Setelah vakum beberapa bulan, akhirnya aku mulai membaca lagi. Pilihan novel bacaanku kali ini adalah novel terjemahan. Awalnya sih karena aku telanjur beli novel keduanya, jadilah aku memutuskan untuk membeli yang pertama.

Oke. Jadi novel ini kurang lebih menceritakan tentang Mia yang punya kehidupan sempurna. Akan tetapi, pada satu hari ia mengalami kehilangan yang luar biasa. Keluarga Mia mengalami kecelakaan. Orang tua dan adik Mia meninggal. Sedangkan Mia mengalami koma. Meskipun demikian, Mia seolah-olah berada di luar tubuhnya dan bisa mengamati segala macam keadaan yang terjadi di sekitarnya.

Novel ini menggunakan alur kilas balik. Tentunya, menceritakan keadaan Mia sebelum dan sesudah kecelakaan. Kisah cintanya dengan Adam. Mimpinya sebagai pemain cello hingga persahabatannya dengan Kim.

Awalnya aku agak excited membaca sinopsis di belakang buku. Aku tertarik dengan kata-kata yang sederhana itu. Tapi, entah kenapa waktu aku membaca novel ini, alur novelnya terasa rumit. Mungkin karena kilas baliknya yang berkali-kali dan terasa lambat. Lalu, mungkin juga karena efek aku sudah menonton filmnya terlebih dahulu. Sepertinya hal itu menjadi salah satu indikator aku merasa kurang puas dengan novel ini.

Kalau misalnya dilihat dari tampilan fisik, novel ini cukup menjual. Mengapa? Karena covernya begitu sederhana dan aku suka banget. Nggak berlebihan dan cukup menyentuh.

Sebenarnya, kalau dari jalan cerita, cerita di novel ini udah bagus. Tema yang diangkat  nggak biasa. Hanya saja, aku berekspektasi lumayan tinggi akan novel ini. Nyatanya, aku sedikit kecewa karena alurnya yang bolak-balik lumayan bikin capek. Terus, ada beberapa bagian yang kayaknya nggak terlalu penting deeeh. Aku merasa, apa ya, kurang nyaman aja bacanya.

Sebenernya, aku agak luma juga sih nggak baca novel terjemahan. Dan memang, dalam beberapa kasus aku agak nggak suka aja dengan novel terjemahan. Terlepas dari judul mereka yang tetiba jadi lebay, ada juga bahasa-bahasa yang tidak pas bila diterjemahkan.

Untuk tokoh favorit, entahlah. Aku tidak punya bayangan sama sekali. Tidak sekali pun ada tokoh yang membuatku tertarik di novel ini. kemunculan Adam tidak signifikan dan Mia bukanlah jenis tokoh yang akan aku sukai.

Kesimpulannya, aku sebenernya suka sama konsep ceritanya. Tapi untuk eksekusinya aku merasakan ada yang kurang dari novel ini. Nah, mungkin pembelajaran untukku adalah, jangan pernah nonton filmnya terlebih dahulu. Bisa merusak mood untuk membaca :”

Terakhir, in my opinion, interesting but not my cup of tea.


Be First to Post Comment !
Post a Comment