Akar by Dee Lestari | Book Review

Akar
“Life is all about how to control our minds, and how to make use of our limited knowledge.”—Star.
Supernova #2
By Dee Lestari
5 of 5 stars

Penerbit                      : Bentang Pustaka
Tebal halaman           : 308 halaman
Tahun terbit               : Desember 2014, Cetakan kelima
ISBN                           : 978-602-291-053-4


Finally, I understand WHY this series is incredible.

Di Bolivia, Gio mendapat kabar bahwa Diva hilang dalam sebuah ekspedisi sungai di pedalaman Amazon. Di Indonesia, perjalanan seorang anak yatim piatu bernama Bodhi dimulai.

Bodhi, yang dibesarkan di wihara oleh Guru Liong, akhirnya meninggalkan tempat ia dibesarkan dan bertualang ke Asia Tenggara. Di Bangkok, ia bertemu dengan pria eksentrik bernama Kell yang mengajarinya seni tato.

Setelah melalui petualangan yang berliku di berbagai negara, Bodhi akhirnya kembali ke Indonesia. Ia dipertemukan dengan tokoh punk karismatik bernama Bong. Sejak itu, Bodhi menjadi bagian dari komunitas punk dengan perannya sebagai seniman tato.

Sebuah surat misterius yang ditemukan secara tidak sengaja oleh Bodhi kembali membawanya ke gerbang petualangan baru.

REVIEW:
Niatku membaca ulang Akar ini karena aku sadar, aku belum memahami keseluruhan cerita Supernova Series. Banyak hal yang tidak aku ketahui di dalamnya. Mungkin faktor dulu aku menganggap series yang sulit dipahami, sehingga aku sama sekali tidak bisa menikmati proses membacanya. Ternyata, aku salah besar. Aku baru tahu kalau beberapa tokoh di series ini memiliki peran penting di series ke depannya. *Shame on me, right?

“Berhenti mencari maka kamu akan menemukan.”—Kell.


First impression:
Tekad membaca ulang membuatku lebih bersemangat membaca novel ini. Aku penasaran apa hubungan tokoh-tokoh di novel ini dengan novel lanjutannya. Apakah aku terlewat waktu pertama kali membacanya? Yang pasti, aku ingin membaca pelan-pelan sampai aku memahami keseluruhan cerita.

“Tugas saya menabur. Tugasmu berakar.”—Kell.

The Appearance:
Jujur, aku suka kavernya. Simbol tree of life=nya meskipun agak rancu karena berwarna merah, tetap membuat kaver dari novel ini menarik. Apalagi, ada gambar bangunan khas Thailand dan Kamboja yang tersemat bagian bawah. *kayaknya sih dua negara itu. Hehe. Secara keseluruhan, kaver Supernova series memang bikin penasaran. Kebetulan, aku belinya yang versi pocket. Jadi enak lah dibawa kemana-mana. Nggak ngabisin tempat.

“Tidakkah manusia itu lucu, Bodhi? Selama hidup mereka konstan mengeluh dan mengaduh, tapi begitu hidup ingin menarik diri, mereka tidak pernah rela.”—Kell.

The Summary:
Dalam novel ini hanya ada 3 keping. Terdiri dari Keping 35: Kabut Tak Tergenggam, Keping 36: Akar, dan Keping 37:  Selamat Menjadi: S.

Pada keping 35, diceritakan bahwa Diva menghilang. Gio, sebagai orang yang peduli pada Diva, berniat mencari Diva. Sayangnya, tidak ada petunjuk sama sekali akan Diva. Bahkan, banyak yang berkata bahwa sangat tidak mungkin Diva bisa bertahan.

Keping 36 beranjak ke kisah Bodhi dan petualangannya. Bodhi, seorang anak yang tidak tahu dari mana asal-usulnya. Dibesarkan di wihara oleh seorang biksu bernama Guru Liong. Suatu ketika, Guru Liong menyuruh Bodhi untuk pergi dari Wihara. Dari situlah perjalanan Bodhi dimulai. Tanpa sadar, perjalanan membawa Bodhi berkeliling Asia Tenggara. Mulai dari Kamboja, Vietnam, Thailand dan negara lainnya. Di negara-negara itulah Bodhi bertemu dengan Tristan, Star, Epona, dan juga Kell.

Salah satu tokoh paling unik dalam novel ini adalah Kell. Kell adalah sosok yang tidak bisa diperkirakan latar belakangnya. Tidak ada yang tahu bagaimana tubuhnya bisa memiliki 617 tato sekaligus. Kell lah yang menjadi tumpuan Bodhi. Dalam artian, Kell yang mengajari Bodhi bagaimana cara menjadi seorang tattooist. Satu hal yang diinginkan Kell, Kell ingin Bodhi yang memberikannya tato ke 618 di tubuhnya.

Keping 37 menceritakan kehidupan Bodhi setelah berkelana. Bodhi tergabung dengan komunitas yang dipimpin oleh Bong, seorang punk yang sangat dikagumi oleh komunitas tersebut. Di keping inilah, Bodhi menemukan surat yang secara tidak langsung ditujukan pada dirinya.

“Hidup ini relatif. Apa yang kamu pikir salah di sini bisa jadi sahih di tempat lain. Racun bisa jadi obat. Obat bisa jadi racun.”—Tristan.

The Point of view, plot, and setting.
Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini berubah-ubah. Untuk keping 35 dan 37, Dee menggunakan sudut pandang orang ketiga. Sedangkan untuk keping 36, Ia menggunakan sudut pandang orang pertama. Secara keseluruhan, sudut pandang yang berbeda ini tidak terlalu sulit diikuti. Meskipun, ketika masuk ke keping 37, agak kagok karena terbiasa dengan sudut pandang Bodhi.

Alur yang digunakan ternyata flashback. Iya. Aku baru sadar dan baru paham kalau kisah perjalanan Bodhi ini diceritakan kembali oleh Bodhi. Sumpah. Dulu waktu pertama kali aku baca, aku sama sekali nggak paham kalau ada flashback kayak gini.

Setting yang banyak digunakan pertama adalah Jakarta. Kemudian ada juga, Lawang--tempat wihara yang ditinggali Bodhi berada. Selain itu, ada pula Thailand, Kamboja, dan Vietnam. Kota-kota yang disebutkan banyak. Aku nggak hafal. Yang aku ingat hanya Pailin. Haha.

The Opinion
Aku menyesal dulu tidak membaca series ini dengan baik. Dalam artian, aku nggak sadar kalau ada Ishtar di sini. Astaga. Iya. Ishtar yang muncul di Gelombang, ternyata muncul di Akar. Duh, saya jadi agak malu deh dulu bacanya nggak bener. Hiks. Dan aku baru tahu kalau Kell mati di series ini. Ini menjelaskan mengapa seharusnya aku kaget membaca nama Kell di Supernova selanjutnya. *Aku lupa yang mana.

Dalam Supernova ini, aku jadi sadar kalau seseorang yang punya tekad itu pasti bisa maju. Begitu pula dengan Bodhi. Bodhi, seorang manusia yang tak punya akta kelahiran atau dokumen resmi apapun, melakukan perjalanan melewati berbagai negara hanya demi satu tekad dan keyakinan.

“What do you do for a living?”

“Saya? I don’t know. I just live.” (Epona & Bodhi)

Mungkin, bahasa yang digunakan dalam novel ini memang berat. Bahkan kalau tidak dibaca dengan hati-hati, akan membingungkan. Akan tetapi, aku sadar, setiap novel ini pasti berhubungan. Dengan keyakinan tersebut, aku semangat untuk membaca keseluruhan sambil #MenungguInteligensiEmbunPagi yang akan muncul POnya kurang lebih 3 hari lagi.

Last Impression

Ketidaktahuan kadang lebih baik daripada kesedihan.

Terkadang, manusia tidak tahu tujuan hidupnya apa. Tapi, aku percaya bahwa kita hidup ya untuk hidup. Apa guna kita hidup, itulah yang harus kita cari.

Aku semakin jatuh cinta pada series ini dan berharap bisa menyelesaikan keseluruhan seriesnya. *Yang pasti ikutan PO Inteligensi Embun Pagi.

The Conclusion
Recommended, buat kamu yang ingin mempelajari kehidupan serta tekad dan keyakinan dalam hidupmu sendiri. Untuk kamu yang sedang mencari apa arti kehidupanmu.


Be First to Post Comment !
Post a Comment