All You Can Eat
“Terkadang, yang tak bisa kamu lupakan adalah seseorang
yang tak pernah bisa kamu miliki.”
By Christian
Simamora
4 for 5
stars
Penerbit : Gagasmedia
Tebal halaman : 455
halaman
Tahun terbit : 2014, Cetakan keenam
ISBN :
(10) 979-780-643-X
That man is just too good to be true. Just to delicious to resist.
‘CINTA KOK BIKIN SEDIH?’
Dear
pembaca,
Berbeda dengan penulis lain di luar sana,
aku akan berterus terang mengenai akhir novel ini: bahagia. Tapi, kumohon, jangan desak aku untuk menceritakan awal
ceritanya. Juga tentang siapa Sarah, siapa Jandro, dan apa yang menghubungkan
mereka berdua.
Aku juga tak akan melebih-lebihkan
penjelasanku mengenai novel kesepuluhku ini. ‘All You Can Eat’ memang
bukan cerita yang orisinal. Jadi, jangan terkejut saat mendapati ceritanya
mengingatkanmu pada curhatan seorang teman atau malah pengalaman hidupmu
sendiri. Ini tentang seseorang yang istimewa di hati. Yang tak bisa kamu
lupakan, juga tak bisa kamu miliki.
Jadi, apa keputusanmu? Kalau setelah
penjelasan tadi kamu masih ingin membaca novel ini, tak ada lagi yang bisa aku katakana
kecuali: selamat menikmati.
Dan
selamat jatuh cinta.
CHRISTIAN SIMAMORA
Review:
Aku tak akan bilang kalau novel ini punya
jalan cerita yang mengejutkan. Maksudku, novel ini bagus karena ada hal yang
membuatnya berbeda dengan novel lainnya. Baiklah, mari kita berkenalan dengan
tokoh bikinan Abang Christian ini.
Namanya Jandro. Alejandro Putra Vimana. Pengusaha
muda, tampan, dan kaya. Ia sudah berhasil di dunia bisnis pada saat berumur 23
tahun. Semua orang kagum akan dirinya dan memang, Jandro adalah sosok pria yang
luar biasa. Sayangnya, Jandro punya kisah cintanya sendiri. Ia masih stuck dengan cinta pertamanya dulu. Meskipun
ia sempat menjalin cinta dengan orang lain, bahkan seolah sudah lupa akan cinta
pertamanya, tapi apa yang semua orang bilang memang benar. Cinta pertama
merupakan cinta yang paling sulit dilupakan. Begitu pula yang dialami Jandro.
Jandro needs his first love.
Namanya Sarah. Seorang adalah seorang penulis naskah film
layar lebar maupun sinetron. Ia adalah seorang perempuasa dewasa yang memiliki berbagai cara
untuk menaklukkan pria. Hubungannya dengan pacarnya, Rifat, kandas di tengah
jalan karena alasan paling menyebalkan sedunia. Rifat selingkuh dan memohon
Sarah bisa mengerti dan memaafkan kekhilafannya. Tapi, seperti yang dirasakan oleh semua perempuan, selingkuh adalah isu sensitif dan tidak bisa diganggu gugat.
Sarah pun meninggalkan Rifat. Tapi Sarah sadar kalau ia butuh pengalih
perhatian. Maka dari itu, Sarah pun pergi menuju Ubud untuk tinggal sementara
di vila keluarga Vimana—bagaimanapun, Sarah adalah sahabat baik Anye. Anye
Putri Vimana, kakak perempuan Jandro yang selalu usil dengan kehidupan cinta
Jandro.
Villa di Ubud membuat Jandro dan Sarah yang
tidak sengaja bertemu lagi mengalami perubahan cukup besar. Mulai dari ketertarikan yang diam-diam mereka rasakan, pernyataan cinta yang ditolak
berkali-kali, ketakutan yang tak beralasan, hingga sama-sama pasrah menerima
rasa.
Villa di Ubud
menjadi saksi bisu perjalanan cinta Jandro dan Sarah.
“Lo serius udah ngelupain gue seratus persen? Sama sekali sampai gue seolah nggak pernah ada di hati lo?”—Sarah.
“Apa lagi yang lo mau bicarakan, Sar? I thought we already said that what we need to say to each other.”—Jandro
It’s
so drama.
Drama dalam artian bagus. Aku nggak nyangka
lho ternyata novel seri JBoyfriend bakal senagih ini. Iya, aku udah punya empat—termasuk
AYCE—novelnya abang Christian Simamora. Dan, mau nggak mau, aku sudah termakan
salam jatuh cinta yang diciptakan oleh abang.
Sebagai novel dewasa, novel ini menurutku smooth banget. Memang ada adegan yang
memang dewasa—but I am 19 years old right
now. Aku sama sekali nggak keberatan dengan adegan itu. Kan di belakangnya
udah ada peringatannya. Jadi, aku nggak merasa berdosa waktu baca.
Pertama, aku mau mengomentari sampulnya. Oh my God. Sampulnya keren abis. Bagaimanapun,
cowok dengan jas memang keren banget. Bahkan, tingkat kegantengan mereka akan
naik beberapa tingkat. I think I coulndn’t
refuse any man who use Armani—in positive way. Sebenernya, covernya AYCE
itu jadi bikin penasaran. Jadi ngebuat pembaca tertarik pakai banget. Dan ya, I love this hot cover.
Jalan cerita. Seperti kata abang di
belakang novel, cerita ini bukanlah cerita yang benar-benar baru. Cerita tentang
dua orang yang saling suka tapi malu karena beda usia—salah seorang aja sih. Yang
satu udah nggak punya malu kayaknya. Tapi, menurutku cara penyampaian abang itu
ngena aja. I means nggak belibet
mengurai kisah cinta Jandro dan Sarah. Meskipun kalau menurutku, adegan romantic
atau cheesy dari mereka berdua tidak
sebanyak yang aku harapkan. I love
romance, remember?
Paper
doll. Dari ketiga novel abang yang ada paper dollnya, aku akan bilang kalau aku
tidak begitu suka dengan penggambaran Jandro. Seharusnya Jandro terlihat lebih cool lagi di paper doll ini. And sorry to
say, aku lebih suka penggambaran Jethro dari pada Jandro. Padahal, yang aku
tahu, Jandro lebih banyak digemari daripada Jethro. Sayangnya, aku lebih kepada
tim Jethro di seri JBoyfriend ini.
Tokoh favorit. Pilihanku jatuh pada Jandro.
Meskipun aku lebih sayang pada Jethro, tapi kuakui karakter yang emes di novel ini adalah Jandro. Dengan wajahnya
yang charming dan kemampuannya yang
luar biasa di dunia bisnis, siapa yang bisa menolak pesonanya?
Tokoh menyebalkan. Rifat of course. Dia itu benalu dan nggak tahu
malu. Nggak suka banget dengan kelakuannya. Udah gitu dia over pede lagi. Ngeselin.
Setelah aku membaca novel ini, aku merasa
puas. Meskipun ada sedikit hal yang tidak aku sukai dalam jalan cerita. Tapi mungkin
itu karena akunya saja yang tidak setuju dengan hal ini. Aku suka dengan jalan
cinta Jandro dan Sarah yang manis. Aku suka dengan perjuangan Jandro meyakinkan
Sarah. Dan aku masih bisa ketawa saat membaca novel ini. Mungkin karena gaya
penulisan abang yang lincah. Aku tidak menyesal membeli novel ini. Sama sekali
tidak menyesal.
Buatku, novel ini semacam jadi candu. Karena
bagaimanapun, aku jadi penasaran dengan seri JBoyfriend lainnya.
Be First to Post Comment !
Post a Comment